Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Prospek Saham Bank Jumbo (BBCA hingga BMRI) di Paruh Kedua 2025

Bagaimana prospek dan rekomendasi saham bank besar, seperti BBRI, BMRI, BBNI, dan BBCA ke depan di tengah tantangan ekonomi?
Reyhan Fernanda Fajarihza,Fahmi Ahmad Burhan
Jumat, 11 Juli 2025 | 08:40
Ilustrasi bank/shutterstock
Ilustrasi bank/shutterstock

Bisnis.com, JAKARTA - Saham emiten bank besar, seperti BBCA, BBRI, BMRI, dan BBNI kompak menguat pada penutupan perdagangan Kamis (10/7/2025). Lalu, bagaimana prospeknya ke depan?

Dilansir dari data Bursa Efek Indonesia (BEI), saham PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. alias BRI ditutup menguat 5,16% atau 190 poin ke angka Rp3.870, dengan rerata harga Rp3.808,7 per saham. Penguatan ini tertinggi dibandingkan tiga bank jumbo lainnya.

Kemudian, saham PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. alias BNI terapresiasi 2,75% atau sebanyak 110 poin menjadi Rp4.110 per saham. BBNI diperdagangkan dengan rata-rata harga Rp4.081,48.

PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. turut mencatatkan peningkatan saham sebesar 2,34% alias 110 poin menuju level Rp4.820. Rata-rata harga BMRI mencapai Rp4.081,48 per saham.

Selain itu, saham PT Bank Central Asia Tbk. atau BCA meningkat 1,18% atau 100 poin menjadi Rp8.600 per saham, dengan harga rata-rata Rp8.591,53.

Mengutip riset Ciptadana Sekuritas Asia yang diterbitkan pada awal bulan ini, sektor perbankan masih diberikan peringkat overweight meskipun terdapat revisi ke bawah terkait pertumbuhan estimasi pendapatan menjadi sekitar 4%-7% untuk BBRI, BMRI, BBNI, dan BRIS.

Revisi tersebut didorong oleh laporan margin bunga bersih (net interest margin/NIM) di tengah perlambatan pertumbuhan kredit, LDR yang mengetat, serta kelanjutan tekanan pada yield asset.

"Meskipun demikian, kami mempertahankan pandangan Overweight pada sektor perbankan, didukung oleh ekspektasi perbaikan NIM dan CoC [cost of credit] pada semester II/2025, yang diperkirakan akan mendorong pertumbuhan pendapatan full year ke 2% YoY [vs 0,5% YoY pada 5 bulan 2025]," tulis riset Ciptadana Sekuritas, dikutip Jumat (11/7/2025).

BBCA menjadi top pick di antara bank-bank jumbo, yang didorong oleh kinerja solid yang konsisten dan profil keuntungan yang kuat. Namun, sektor perbankan dipandang memiliki risiko yaitu perbaikan NIM yang tidak sesuai ekspektasi dan juga tekanan yang lebih dalam pada kualitas asset.

Terpisah, menanggapi penguatan saham emiten bank pada perdagangan kemarin, Oktavianus Audi Kasmarandana selaku VP Marketing, Strategy and Planning Kiwoom Sekuritas berpandangan bahwa penguatan saham bank jumbo ini didorong oleh beberapa sentimen.

Menurutnya, posisi bank sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve alias The Fed yang lebih dovish cenderung menunjukkan peluang pemangkasan suku bunga acuannya, terutama setelah rilis risalah pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) pekan ini.

“Peluang [Fed Fund Rate] dipangkas mencapai 25–50 bps [basis points] hingga Desember 2025,” katanya saat dihubungi Bisnis.

Audi lantas menjelaskan bahwa hal ini akan memberikan ruang Bank Indonesia untuk turut menurunkan suku bunga acuan BI Rate. Harapannya, biaya kredit perbankan dapat lebih normal dan permintaan kredit dapat meningkat.

Sentimen berikutnya berkenaan dengan valuasi saham perbankan yang dinilai priced-in, lebih lagi dengan kecenderungan beberapa bank besar yang menunjukkan valuasi yang murah.

Itu sebabnya, dia tetap memiliki outlook positif pada saham sektor perbankan ke depan. Saham pilihannya antara lain BMRI dengan rekomendasi buy dan target harga 6.300, BBCA dengan rekomendasi buy dan target harga 9.250, serta saham PT Bank Syariah Indonesia Tbk. (BRIS) dengan rekomendasi buy dan target harga 3.450.

Adapun, taipan asal Surabaya Hermanto Tanoko turut menyampaikan pandangannya terhadap saham perbankan. Saat ini, dia mengenggam saham BBNI dan BBRI.

Crazy rich asal Surabaya itu mengatakan sampai saat ini masih mempertahankan kepemilikan saham bank jumbo seperti BBRI dan BBNI karena valuasi yang menarik.

"Saya lihat valuasi dari bank BBRI maupun BBNI ini kan saat ini sangat bagus sekali, dengan dividend yield juga bisa di 8%-9%. Investasi apa yang bisa sebagus itu?," kata Hermanto di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Kamis (10/7/2025).

Menurutnya, memang saat ini gerak saham bank jumbo seperti BBRI dan BBNI sedang lesu. Namun, terdapat peluang jangka panjang penguatan harga saham dua bank jumbo itu.

"Nanti sudah dapet dividend yield, masih ada kemungkinan kalau sahamnya nanti bisa kembali ke valuasi yang lebih fair lah. Kalau sekarang kan sangat rendah," ujar Hermanto.

Dari konsensus analis Bloomberg, sebanyak 32 analis merekomendasikan buy untuk BBRI, dengan 5 holds dan 1 sells. Saham BBRI ditargetkan berada pada level 4.696,31 untuk 12 bulan ke depan.

Untuk BBCA, sebanyak 34 analis merekomendasikan buys dengan 3 holds. Target harga BBCA untuk 12 bulan ke depan ditetapkan 11.118. Kemudian, sebanyak 32 analis merekomendasikan buys untuk BMRI, dengan 2 rekomendasi holds dan 3 sells.

Target harga BMRI untuk 12 bulan ke depan pada level 6.262,10 per saham. Untuk BBNI, sebanyak 31 analis merekomendasikan buys, 5 rekomendasi holds, dan 2 sells. Harga BBNI ditargetkan pada level 5.263,7 untuk 12 bulan mendatang.

Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper