Bisnis.com, JAKARTA - Pertumbuhan deposito di bank perkreditan rakyat dihadapkan dengan tingginya beban bunga karena demand kredit yang masih rendah.
Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan, per Juni 2020, secara industri bank perkreditan rakyat (BPR) berhasil menghimpun deposito dan tabungan yang masing-masing senilai Rp69,69 triliun dan Rp30,38 triliun. Sementara itu, penyaluran kredit BPR hingga Juni 2020 mencapai Rp110,47 triliun.
Direktur Bisnis dan Pengembangan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Hasamitra I Made Semadi mengatakan hingga Agustus 2020, deposito perseoan masih tumbuh sekitar 1,3% secara year to date (ytd) atau senilai Rp18 miliar menjadi Rp1,4 triliun. Pertumbuhan tersebut dinilai tidak sebesar tahun lalu.
Saat ini suku bunga deposito yang ditawarkan perseroan dinilai telah mengikuti tingkat penjamiann LPS yang sebesar 7,75%. BPR Hasamitra pun masih menargetkan pertumbuhan deposito senilai Rp187 miliar hingga akhir tahun. Menurutnya, untuk mencapai pertumbuhan deposito tersebut, BPR Hasamitra melakukan sejumlah promo berupa hadiah undian hingga bunga tinggi.
"Kami menyelenggarakan promo khusus namanya Deposito Triple Hokky, Iya masih syukur bisa tumbuh, bank-bank lain malah negatif," katanya kepada Bisnis, Senin (14/9/2020).
Hanya saja, pertumbuhan deposito tersebut tidak sejalan dengan pertumbuhan kredit. BPR Hasamitra pun hanya menargetkan pertumbuhan kredit sebesar 1% hingga akhir 2020.
Menurutnya, di tengah pandemi, langkah untuk memperkuat likuiditas sangat penting. Penghimpunan dana yang dilakukan BPR Hasamitra pun lebih disalurkan dengan melakukan penempatan dana pada bank-bank yang memiliki bunga tinggi.
"Kita tidak pernah tahu kondisi ke depan seperti apa olehnya itu kami fokus untuk memperkuat di likuiditas bank. Sementara di lain pihak kami juga memfokuskan kepada penagihan kredit serta relaksasi terhadap UMKM," katanya.
Komisaris Utama BPR Lestari Bali Alex P Candra mengatakan deposito perseroan menurun hingga 10% selama periode Maret hingga Juni 2020. Namun, pada Juli mulai terjadi peningkatan pertumbuhan deposito.
Menurutnya, deposito tidak bertumbuh karena nasabah cenderung menggunakan dana untuk kebutuhan modal kerja dan dana yang berpindah ke bank besar. Penggunaan deposito untuk modal kerja pun masih akan berlanjut sering dengan pemulihan aktivitas ekonomi.
Sementara itu, berpindahnya dana ke bank besar dinilai sudah mulai tidak terjadi. Namun, situasi masih belum dapat diprediksi.
"Namun sebagian kecil [dana deposito sudah balik kandang], seperti saya bilang Juli sudah membaik, kita plus walaupun tipis," sebutnya.
ALex menilai, penurunan deposito sebenarnya membawa keuntungan bagi bank yang saat ini kesulitan menyalurkan kredit. BPR Lestari pun dinilai tidak mencatatkan pertumbuhan kredit karena rendahnya demand masyarakat. "Ada sisi positifnya juga [deposito tidak tumbuh], kan tidak ada yang kredit," katanya.
Ketua Umum Perhimpunan Bank Perkreditan Rakyat Indonesia (Perbarindo) Joko Suyanto mengatakan hingga Juni 2020 penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) yakni deposito dan tabungan masing-masing tumbuh 5,87% yoy dan 4,25% yoy. Pertumbuhan DPK tersebut juga didukung oleh kredit yang selama Juni 2020 berhasil tumbuh 5,59% yoy.
Menurutnya, dengan realisasi tersebut, pertumbuhan dana telah terserap oleh kredit yang disalurkan ke masyarakat. Kondisi ini pun diyakini tidak akan membebani BPR.
"Tapi yang paling penting dalam masa pandemi ini BPR harus memastikan likuiditasnya sehat jadi pertumbuhan dana memang menjadi salah satu prioritas dalam menjaga likuiditas," katanya.