Bisnis.com, JAKARTA - Ilmu akuntansi dan profesi akuntan bakal tetap relevan pada era industri 4.0. Perkembangan teknologi menjadi salah satu tantangan tetapi juga menjadi peluang menambah nilai bisnis di sisi yang lain.
Hani Karunia, Head of Association of Chartered Certified Accountants (ACCA) mengatakan, ilmu akuntansi tidak akan hilang dan tetap relevan jika mampu melakukan evolusi sesuai perkembangan dan tuntutan zaman.
Perkembangan teknologi, katanya, adalah peluang baru yang mengubah peran akuntan profesional sekaligus peluang baru menambah nilai bisnis. Otomatisasi mungkin memangkas beberapa bagian tetapi juga membantu akuntan untuk menerapkan keterampilan pada tempat lain.
“Kemampuan ini akan didukung oleh peningkatan otomatisasi tugas rutin dan transaksional yang membebaskan profesional keuangan untuk menerapkan keterampilan mereka di tempat lain,” ujarnya dalam keterangan resmi, Jumat (18/9/2020).
Hani menegaskan hal itu ketika menjadi narasumber sesi webinar bertemakan Industry 4.0 Disruption Impact to the Accounting Professionals or Business Application. Kegiatan itu diadakan ACCA bersama Politeknik Keuangan Negara (PKN) Sekolah Tinggi Akuntansi Negara/STAN.
Dia mencontohkan program ACCA dikemas sedemikian rupa sehingga pembelajaran tentang penerapan teknologi di dunia kerja juga dipelajari di dalam modul berstandar internasional. Akuntan, katanya, harus bersahabat dengan perubahan teknologi dan menyambut perubahan dalam proses bisnis atau profesi mereka.
Baca Juga
Pada kesempatan yang sama, ACCA dan LSAF selaku lembaga pembelajarannya, juga memberikan beberapa beasiswa untuk mahasiswa terbaik PKN STAN dalam rangka membantu upaya peningkatan sumber daya manusia (SDM) bidang akuntansi dan keuangan di Indonesia untuk mampu bersaing secara global.
“Manusia tetap ditempatkan lebih unggul dibanding mesin ataupun teknologi selagi kita memang bisa mengendalikan perubahan tersebut dan bisa memberikan nilai tambah terhadap bisnis dengan pengetahuan yang dimilikinya termasuk pemahaman terhadap teknologi tersebut,” paparnya.
Adapun, ACCA didirikan pada tahun 1904 di Inggris adalah badan akuntansi professional global yang menawarkan kualifikasi Akuntan bersetifikat Chartered. Di Indonesia, ACCA telah hadir sejak 2013. Saaat ini ACCA telah memiliki total 700.000 anggota dan pelajar di 178 negara.
Sejauh ini, ACCA melalui LSAF (London School of Accountancy and Finance) di Indonesia juga mengadakan program studi ACCA, akuntansi yang berstandar internasional. ACCA juga menawarkan kuliah berbasis online untuk mendapatkan gelar sarjana (S1) atau Bsc of Applied Accounting dari Oxford Brookes University – UK serta Magister (S2)/ MSc in Professional Accountancy dari University of London.
Walaupun sistem kuliah dengan metode daring tetapi semua ijazah atau sertifikasi yang didapat sama dengan yang didapat bila kita kuliah langsung di UK. Tentunya dengan biaya yang jauh lebih murah.
“Di masa pandemik seperti ini, terobosan seperti ini bisa menjadi suatu pilihan apalagi bila kita atau anak kita memang mendambakan untuk kuliah di luar negeri,” tambahnya.
Hana mengklaim, lulusan yang memiliki sertifikasi ACCA banyak dicari oleh perusahaan-perusahaan besar. Pasalnya, sertifikat ACCA tidak hanya diklaim merepresentasikan integritas, serta pengetahuan yang mendalam tentang akuntansi dan finansial (finance).
Selain itu lulusan ACCA juga diakui menguasai ilmu yang memang dibutuhkan dalam praktik dunia kerja serta pemahaman tentang beberapa transformasi teknologi yang dipakai dalam bisnis atau profesi akuntan dan finansial. Seperti blockchain, robotics, artificial intelligence dan lain sebagainya.