Bisnis.com, JAKARTA - PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. mengakui bisnis wealth management sempat mengalami gangguan pada awal pandemi karena penurunan indeks harga saham gabungan (IHSG) yang cukup drastis hingga ke level 3.900-an.
Senior Vice President Wealth Management Bank Mandiri Elina Wirjakusuma mengatakan penurunan IHSG tersebut menyebabkan penurunan nilai portofolio investasi di beberapa produk seperti reksa dana ataupun saham. Alhasil, portofolio produk investasi Bank Mandiri sempat turun menjadi hanya Rp63,4 triliun pada akhir Maret 2020.
Menurutnya, saat ini nasabah sudah dapat beradaptasi dan mulai melakukan penempatan dana di sejumlah produk investasi untuk mendapatkan keuntungan. Buktinya, per Agustus 2020 posisi portofolio produk investasi sudah mencapai Rp71,4 triliun atau naik signifikan sebesar 10% dibandingkan posisi Maret 2020.
"Bisnis wealth management sendiri sempat mengalami gangguan, terutama pada saat awal pandemi," katanya kepada Bisnis, Rabu (23/9/2020).
Di era new normal ini, lanjutnya, nasabah sudah mulai dapat mengatur kondisi keuangan dan likuiditas. Melalui proses advisori portofolio investasi, nasabah melakukan penempatan dana dalam beberapa produk investasi yang menarik. Penurunan tingkat suku bunga simpanan turut menjadi salah satu penyebab meningkatnya kebutuhan atas produk tersebut.
Bahkan, saat ini instrumen obligasi pemerintah cukup diminati oleh nasabah, contohnya peminat dari sukuk ritel seri SR013 yang meningkat dengan kupon yang juga menarik. "Tentunya tidak hanya obligasi ritel, namun fixed rate maupun melalui reksa dana pendapatan tetap juga menjadi pilihan nasabah untuk bisa mendapatkan keuntungan di kemudian hari," sebutnya.
Baca Juga
Sementara itu, hingga Agustus 2020, dana kelolaan nasabah wealth management di Bank Mandiri adalah senilai Rp227 triliun atau tumbuh 9% secara year on year (yoy). Salah satunya ditopang dari pertumbuhan dana kelolaan yang ditempatkan pada produk investasi.
Hanya saja, jumlah nasabah mengalami penurunan sebesar 3% dibandingkan posisi Desember 2019 atau turun menjadi sebanyak 54.000 nasabah. Hal tersebut juga disebabkan kondisi perekonomian yang belum pulih akibat Covid-19 sehingga terdapat nasabah yang tidak dapat memenuhi persyaratan minimal dana kelolaan untuk segmen prioritas (minimal dana kelolaan sebesar Rp1 miliar atau ekuivalen) atau segmen private banking (minimal dana kelolaan sebesar Rp20 miliar atau ekuivalen).
"Pertumbuhan tersebut cukup dapat ditoleransikan mengingat kondisi perekonomian yang belum pulih akibat Covid-19," katanya.