Bisnis.com, JAKARTA - PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. akan lebih mempertebal cadangan kerugian penurunan nilai (CKPN) untuk menjaga kualitas portofolio perseroan.
Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Sunarso mengatakan BRI akan membuat NPL coverage di atas 200%. Kondisi tersebut kemungkinanan akan pembentukan menggerus laba pada tahun ini.
Sunarso menuturkan sejak 2019 ketika dia kembali menduduki kepengurusan di BRI, dirinya melihat ada portofolio kredit yang harus dibentuk pencadangan.
Menurutnya, risk management merupakan hal yang terpenting dalam memastikan adanya keberlangsungan bisnis perseroan. Pembentukan pencadangan yang tinggi ini akan membuat BRI berjaga-jaga dari pemburukan kualitas kredit. Dengan demikian, ketika kualitas kredit memburuk, BRI telah memiliki bantalan berupa pembentukan.
"Ketimbang NPL di sana-sini itu kan bahaya, bank segede ini harus kita jaga sustainability, hari ini mau laporan (laba) Rp20 triliun saya juga bisa, tetapi buat apa kalau misalnya NPL berjatuhan dan kita harus garuk-garuk cari cadangan," katanya kepada Bisnis, belum lama ini.
Menurutnya, BRI memiliki kewajiban untuk membayar deposito dan tabungan yang telah ditempatkan nasabah. Kewajiban ini membuat BRI harus berjaga-jaga menjaga agar bisnis tetap bertahan di tengah krisis.
Baca Juga
Sementara itu, dari sisi penyaluran kredit, Sunarso mengatakan pihaknya terus melakukan ekspansi khususnya ke segmen usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).
Menurutnya, segmen UMKM masih lebih cepat bangkit dari terpaan krisis dibandingkan dengan usaha korporasi. “Hari ini gulung tikar, besoknya UMKM bisa berpindah ke usaha lain. Makanya penyaluran kredit kita fokuskan ke sana, terutama usaha mikro,” ujarnya.
Untuk tahun 2020, perseroan membidik kenaikan kredit 5 persen. Adapun, hingga September, kata Sunarso, realisasi pertumbuhan penyaluran kredit masihs sesuai dengan ekspektasi di level 5 persen secara tahunan.