Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Membedah Skema Bisnis IFG Life, Perusahaan BUMN 'Penerus' Jiwasraya

Direktur Bisnis IFG Pantro Pander Silitonga menjelaskan bahwa salah satu mandat pemerintah bagi holding itu adalah pembentukan perusahaan asuransi jiwa baru IFG Life. Nantinya, perseroan akan menerima polis hasil restrukturisasi dari Jiwasraya.
Logo Indonesia Financial Group (IFG)
Logo Indonesia Financial Group (IFG)

Bisnis.com, JAKARTA — Pemerintah akan membentuk perusahaan asuransi jiwa IFG Life untuk menampung liabilitas puluhan triliun dari polis PT Asuransi Jiwasraya (Persero). Bagaimana perusahaan baru itu akan berjalan? Mampukah bisnisnya berkembang dengan 'beban' dari Jiwasraya?

Pemerintah telah menetapkan perubahan nama, logo, serta branding dari BUMN holding asuransi dan penjaminan menjadi Indonesia Financial (IFG). Hal tersebut merujuk kepada Peraturan Pemerintah (PP) 20/2020 tentang Penambahan Penyertaan Modal Negara RI kepada PT Bahana Pembinaan Usaha Indonesia (Persero) atau BPUI.

Direktur Bisnis IFG Pantro Pander Silitonga menjelaskan bahwa salah satu mandat pemerintah bagi holding itu adalah pembentukan perusahaan asuransi jiwa baru IFG Life. Nantinya, perseroan akan menerima polis hasil restrukturisasi dari Jiwasraya.

Pantro menjelaskan bahwa IFG Life memiliki prospek yang baik untuk berkembang di kontestasi industri asuransi. Hal tersebut karena anggota-anggota holding seluruhnya bergerak di bidang asuransi umum dan PT Jasa Raharja di asuransi wajib, belum terdapat 'pemain' di asuransi jiwa.

Potensi itu pun, menurutnya, akan didukung oleh model bisnis IFG Life yang berbeda. Alih-alih mengikuti tren pasar yang dominan dengan produk unit-linked, IFG Life justru akan fokus kepada proteksi sebagai marwah dari asuransi jiwa.

"IFG Life akan menjadi asuransi jiwa yang berbeda, menawarkan produk proteksi yang relevan. Kami akan package produknya ke dalam proposisi yang relevan, bukan hanya term life, tetapi juga proposisi kesehatan. Ada beberapa offering yang akan disesuaikan dengan segmen di masyarakat," ujar Pantro pada Selasa (20/10/2020).

Menurutnya, IFG Life akan fokus menawarkan dua produk yakni asuransi jiwa berbasis proteksi dan asuransi kesehatan berbasis kelas. Perseroan pun akan menawarkan produk perencanaan masa depan dalam bentuk dana pensiun, yang menurut Pantro, akan berbentuk Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK).

"Selain pembenahan asuransi, kami juga akan mengenalkan DPLK kepada seluruh Badan Usaha Milik Negara [BUMN], termasuk pasar Indonesia lainnya," ujarnya.

IFG Life akan mengutilisasi pasar BUMN untuk membuka bisnisnya. Menurut Pantro, perseroan akan menggunakan affinity model melalui kerja sama business-to-business (B2B) dengan perusahaan-perusahaan pelat merah.

Akan terdapat tiga lapis nasabah dari utilisasi BUMN tersebut. Pertama, yakni setiap perusahaan yang akan menjadi nasabah kumpulan bagi IFG Life, diikuti dengan pemasaran kepada para pegawai BUMN sebagai lapisan kedua.

"Ketiga adalah customer dari [perusahaan] BUMN, sehingga ada tiga layer [nasabah] di ekosistem BUMN. Kami akan mulai di BUMN sebelum masuk ke market bebas," ujar Pantro.

Di luar tiga lapis nasabah di segmen captive market itu pun IFG Life sudah bersiap untuk memasarkan produknya dengan cara konvensional. Menurut Pantro, pihaknya sudah menyeleksi sekitar 1.100 agen produktif yang akan membantu penjualan produk perseroan.

Dengan skema bisnis itu, Pantro menyatakan bahwa pihaknya optimistis IFG Life akan menjadi perusahaan asuransi jiwa yang memiliki posisi kuat di industri. Tidak hanya itu, perseroan pun dapat menerima mandat polis hasil restrukturisasi dari Jiwasraya.

Direktur Utama IFG Robertus Billitea menjelaskan bahwa holding tersebut membawahkan sembilan perusahaan BUMN, yakni Jasa Raharja, PT Asuransi Jasa Indonesia (Jasindo), PT Asuransi Kredit Indonesia (Askrindo), PT Jaminan Kredit Indonesia (Jamkrindo), PT Bahana Sekuritas, PT Bahana TCW Investment Management, PT Bahana Artha Ventura, PT Bahana Kapital Investa, dan PT Grahaniaga Tata Utama.

IFG memiliki tiga tujuan utama, yakni mengedepankan pertumbuhan bisnis yang berdasarkan asas prudential, memiliki kekuatan dari sisi usaha dan finansial, serta mengarah ke perkembangan jangka panjang. Nilai itu pun menurutnya akan mendukung pengembangan IFG Life.

Setelah menjadi bagian dari holding, IFG Life dinilai dapat memanfaatkan ekosistem yang ada untuk saling mendukung bisnis setiap anggota. Misalnya, pemanfaatan investasi dari asuransi dapat dilakukan oleh manajemen investasi anggota IFG.

Bergabungnya perusahaan-perusahaan tersebut meningkatkan aset BPUI selaku induk holding asuransi dan penjaminan, dari mulanya Rp4,7 triliun, menjadi Rp72,5 triliun setelah menjadi IFG. Selain itu, indikator keuangan lainnya pun turut tumbuh.

Robertus menyampaikan optimismenya bahwa IFG, khususnya IFG Life akan mampu menjawab tantangan industri asuransi saat ini. Selain itu, holding itu pun akan membantu penyehatan polis dari Jiwasraya.

IFG akan memperoleh bail-in dana Rp22 triliun untuk membentuk IFG Life, yang akan turun dalam dua tahun, yakni Rp10 triliun pada 2021 dan Rp12 trilun pada 2022. Pembentukan perusahaan itu masih menunggu terbitnya izin dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper