Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ant Group, Bingkai Keperkasaan Silicon Dragon

Reformasi mantan pemimpin China, Deng Xiaoping dan frasa darinya pada 1992 yang terkenal, yaitu ‘menjadi kaya adalah mulia’ telah memacu perubahan drastis. Alhasil, kewirausahaan teknologi terbukti menjadi jalan emas untuk mendapatkan uang.
Salah satu karyawan di kantor Ant Group/Bloomberg
Salah satu karyawan di kantor Ant Group/Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA – Ant Group nyaris saja membuat sejarah baru dalam dunia pasar modal gobal menjelang tutup tahun ini. Ketika hanya tinggal klik enter, otoritas yang berwenang di China menunda ambisi grup tersebut untuk meraup dana tak kurang dari US$35 miliar dari penawaran saham perdana atau initial public offering (IPO).

Alasan yang dapat ditelusuri dari ulasan sejumlah analis yaitu bahwa Ant Group tidak memenuhi persyaratan permodalan dengan perubahan rezim regulasi yang baru.  

Andai IPO tersebut langsung memperoleh lampu hijau, Ant Group sontak memecahkan rekor yang kini dipegang oleh Saudi Aramco saat IPO senilai US$29 miliar pada tahun lalu.

Grup tersebut sejatinya adalah financial super-app. Dalam hal ini Alipay memegang peran sentral dalam perkembangan Ant Group dalam menguasai pasar China.

Mengutip Agung Bayu Purwoko dan Abdurrahman (Bisnis, 11/11), awalnya Ant Group hanya sebuah unit sistem pembayaran dari grup e-commerce Alibaba.

Bisnis sistem pembayaran Alipay kemudian terus berkembang hingga dapat memfasilitasi pembayaran dalam berbagai jenis transaksi ekonomi. Saat ini Ant Group telah bertransformasi dari platform yang menyediakan layanan pembayaran digital menjadi one-stop financial app

Salah satu hal yang paling mencengangkan dari Ant Group, mereka hanya perlu 16 tahun untuk tumbuh menjadi salah satu perusahaan keuangan digital paling berharga di dunia. Valuasi pasarnya ditaksir US$300 miliar, setara dengan kapitalisasi pasar JPMorgan Chase. 

Fenomena ini, kata kedua ekonom Bank Indonesia itu, tak bisa dilepaskan dari sosok Jack Ma, pendiri Alibaba. “If the banks don’t change, we’ll change the banks.” Demikian tegasnya pada 2008 lalu.  

Menjelang IPO, Jack Ma kembali mengkritik sektor keuangan, terutama cara pengawasan sektor keuangan dunia berdasarkan Basel Accord yang dianggap terlalu mengedepankan risiko daripada inovasi.

Ma juga kembali mengkritik bank yang bekerja layaknya pegadaian lantaran selalu meminta jaminan sebelum UMKM mulai berusaha.  

Terlepas dari tertundanya IPO Ant Group, ada satu hal menarik yang patut diperhatikan dunia fintech maupun perusahaan teknologi. Pasalnya mereka hanya perlu waktu 16 tahun untuk menjelma sebagai raksasa di bidangnya.

Mengapa China dapat melesat seperti ini dan apa sesungguhnya yang dilakukan Jack Ma?

Pada pertengahan 1990-an, di puncak gelembung internet, sebuah kedai kopi bernama Buck’s di kawasan elite Woodside, California, Amerika Serikat merupakan pusat inovasi. Tempat di mana skema bisnis dicoretkan di sehelai serbet dan perusahaan baru mulai disemaikan.

Namun memasuki dekade berikutnya, kompas beralih ke arah timur, ke China. Bahkan, Carlyle Group, perusahaan ekuitas swasta yang berbasis di Washington, tidak membuang waktu untuk segera berinvestasi di awal keriuhan teknologi China.

Len Baker, partner Sutter Hill Ventures, perusahaan modal ventura yang pernah mendanai Oracle Corp, juga tidak ingin kehilangan momentum. “China adalah di mana Silicon Valley berada tiga dekade lalu ketika beberapa perusahaan teknologi tinggi memulai usaha mereka.” (Rebecca A. Fannin, 2008).

Ribuan orang muda China yang berpendidikan dan berketerampilan Barat—generasi pertama yang belajar dan bekerja di luar negeri sejak komunisme China dimulai pada 1949—telah kembali ke tanah air mereka dengan gelar tinggi dan seluk beluk usaha ala Valley untuk mendirikan kerajaan bisnis.

Reformasi mantan pemimpin China, Deng Xiaoping dan frasa darinya pada 1992 yang terkenal, yaitu ‘menjadi kaya adalah mulia’ telah memacu perubahan. Alhasil, kewirausahaan teknologi terbukti menjadi jalan emas untuk mendapatkan uang.

Satu pasukan yang disebut technopreneur menjelma menjadi perusahaan kelas dunia yang melaju pesat. Sebagai pesaing baru bagi dominasi teknologi Silicon Valley, mereka kerap disebut Silicon Dragon.

Revolusi teknologi China tidak terhentikan bak kereta peluru. Pada 2008 saja sekitar 65 perusahaan Negeri Panda listing di Nasdaq dan Wall Street. Padahal menjelang tahun 2000 belum ada satu pun. Sebanyak 31 perusahaan membuat debut publiknya di AS pada 2006 dan paruh tertama 2007.

Lainnya, sebanyak sembilan perusahaan teknologi Sang Naga mencapai rekapitulasi pasar senilai US$1 miliar dan empat perusahaan melampaui US$3 miliar pada 2006.

Di era Presiden Hu Jintao, fondasi bagi masa depan perusahaan teknologi kian diperkokoh dengan menjadikan inovasi teknologi tinggi sebagai landasan pertumbuhan ekonomi, pembangunan sosial, dan sumber utama kemakmuran pada abad ke-21.

Salah satu lompatan besar dilakukan oleh Jack Ma melalui Alibaba ketika IPO di Wall Street pada 2014 dengan nilai sedikitnya US$25 miliar. Memang lima tahun kemudian Saudi Aramco memecahkan rekor tersebut. Lewat Ant Group, China mau melompat lebih jauh lagi jelang akhir tahun ini. Sayang IPO-nya masih tertahan.  

Seperti pernah dikatakan Jeremy Goldkorn, penerbit Danwei—situs berita China yang berbasis di Beijing—beberapa tahun silam bahwa masih dipertanyakan seberapa baik figur berpikiran bebas dan sekreatif Ma dapat menghadapi persyaratan ketat dalam menjalankan perusahaan publik.

“Dengan seorang bos kharismatis seperti Ma, Anda khawatir apakah mereka akan dapat mengatasinya begitu go public.”

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Inria Zulfikar
Editor : Inria Zulfikar
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper