Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ini Target Bank Mega Usai Grup Salim Masuk ke Jajaran Pemegang Saham

PT Bank Mega Tbk menargetkan aksi korporasi dari Grup Salim akan membawa nilai tambah bagi perseroan.
Karyawan melayani nasabah di salah satu kantor cabang Bank Mega di Jakarta, Rabu (11/11/2020). Bank Mega mampu mencatatkan pertumbuhan kinerja positif hingga akhir September 2020, laba sebelum pajak naik 27,7 persen menjadi Rp 2,2 triliun dari posisi tahun sebelumnya sebesar Rp 1,7 triliun. Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Karyawan melayani nasabah di salah satu kantor cabang Bank Mega di Jakarta, Rabu (11/11/2020). Bank Mega mampu mencatatkan pertumbuhan kinerja positif hingga akhir September 2020, laba sebelum pajak naik 27,7 persen menjadi Rp 2,2 triliun dari posisi tahun sebelumnya sebesar Rp 1,7 triliun. Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA – PT Bank Mega Tbk. optimistis masuknya Grup Salim sebagai salah satu pemegang saham dapat memberi nilai tambah kinerja tahun ini.

Adapun, Grup Salim melalui PT Indolife Pensiontama menjadi pemegang saham terbesar kedua di Bank Mega (MEGA) setelah memborong saham bank milik Chairul Tanjung tersebut di penghujung tahun lalu. 

Dalam laporan PT Kustodian Sentral Efek Indonesia pada 7 Januari 2021, Indolife menggenggam 422.807.744 lembar saham MEGA setelah transaksi atau 6,07 persen.

Direktur Utama Bank Mega Kostaman Thayib mengatakan aksi korporasi ini akan membawa nilai tambah bagi perseroan. 

Fungsi intermediasi ke depan pun akan memasukkan potensi pembiayaan maupun penghimpunan dana dari semua usaha terafiliasi dengan Salim group.

"Semoga bisa menambah added value bagi Bank Mega," sebutnya kepada Bisnis, Jumat (8/1/2021).

Dia menyebutkan kinerja tahun ini akan lebih baik pada tahun ini. Perseroan akan memanfaatkan kinerja debitur berkualitas baik untuk dapat melakukan ekspansi.

Adapun, emiten berkode MEGA ini membukukan laba sebelum pajak sebesar Rp 2,2 triliun pada kuartal III 2020. 

Laba tersebut naik 27,7 persen dari Rp 1,7 triliun. Laba bersih juga tumbuh sebesar 27,8 persen secara tahunan (year on year/yoy) menjadi Rp 1,8 triliun dari Rp 1,4 triliun.

Pertumbuhan laba Bank Mega dikontribusi dari naiknya Net Interest Income (NII). Berdasarkan laporan keuangan perseroan, NII naik 8,3 persen (yoy) menjadi Rp 2,97 triliun dari Rp 2,75 triliun.

Pertumbuhan ini jauh di atas pertumbuhan Pendapatan Bunga Bersih Perbankan per Agustus 2020 yang mengalami pertumbuhan negatif menjadi sebesar -2,57 persen (yoy).

Selain NII, kenaikan laba disumbang oleh meningkatnya fee based income. Secara tahunan, fee based ini naik 3,1 persen menjadi Rp 1,64 triliun dari Rp 1,59 triliun. 

Kenaikan laba diperkuat dengan menurunnya biaya operasional yang menyebabkan rasio BOPO turun jadi 71 persen dari 74,8 persen. Semakin rendah ini menunjukkan semakin efisiennya Bank Mega dalam melakukan kegiatan operasionalnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : M. Richard
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper