Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Alhamdulillah, Dana Kelolaan Reksa Dana Syariah Semakin Mekar

Pada masa pandemi 2020 pelaku pasar cenderung mencari produk aman termasuk di reksa dana syariah berbasis sukuk.
ILUSTRASI REKSA DANA. Bisnis/Himawan L Nugraha
ILUSTRASI REKSA DANA. Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA - Reksa dana berbasis obligasi syariah atau sukuk turut menyita perhatian pelaku pasar di sepanjang 2020. Dana kelolaan reksa dana berbasis sukuk ternyata mencetak kenaikan tinggi.

Kenaikan dana kelolaan tertinggi dari kelompok reksa dana berbasis sukuk dicetak oleh jenis reksa dana sukuk sebesar 69,90 persen menjadi Rp1,75 triliun per 23 Desember 2020.

Secara nominal, asset under management (AUM) reksa dana sukuk masih lebih rendah dibandingkan reksa dana dengan aset dasar sukuk lainnya yaitu reksa dana pendapatan tetap syariah dan reksa dana terproteksi syariah. 

Reksa dana terproteksi syariah membukukan dana kelolaan tertinggi dari seluruh jenis reksa dana syariah senilai Rp38,89 triliun atau naik 58,48 persen dari posisi tahun sebelumnya Rp24,54 triliun.

Di sisi lain, reksa dana pendapatan tetap syariah justru membukukan penurunan AUM sebesar 7,88 persen menjadi Rp5,61 triliun dari sebelumnya Rp6,09 triliun.

Head of Market Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana menjelaskan bahwa pada masa pandemi 2020 pelaku pasar cenderung mencari produk aman termasuk di reksa dana syariah berbasis sukuk.

“Kemungkinan para investor lebih suka yang lebih aman lagi dalam bentuk reksa dana terproteksi syariah. Di terproteksi kan dari sisi risiko pasar tidak ada, artinya tidak ada naik turun, [return] sudah fix sampai jatuh tempo,” jelas Wawan kepada Bisnis, Jumat (15/1/2021).

Adapun, di dalam reksa dana pendapatan tetap syariah dan reksa dana sukuk disebut masih ada risiko walaupun kecil dari sisi pergerakan harga sukuk itu sendiri. Harga sukuk yang bergerak dari waktu-ke-waktu akan membuat kinerja reksa dana yang menjadi produk turunannya mengikuti.

Mengenai AUM reksa dana sukuk yang melaju lebih tinggi ketimbang jenis reksa dana syariah berbasis obligasi syariah lainnya, Wawan menilai hal itu didorong oleh imbal hasil yang ditawarkan oleh underlying asset-nya.

Berbeda dengan reksa dana pendapatan tetap syariah maupun reksa dana terproteksi syariah, reksa dana sukuk dapat memasukkan instrumen Surat Berharga Komersial Syariah (SBKS) yang memiliki tenor 1 tahun ke dalam racikannya.

Surat utang dengan jatuh tempo kurang dari setahun, lanjut Wawan, biasanya memiliki risiko tinggi dan tentunya menawarkan imbal hasil yang lebih tinggi dari surat utang lainnya.

Dengan potensi return yang lebih tinggi, Wawan menilai peminatnya juga meningkat walau tampak terbatas di kalangan institusi.

“Imbal hasil pasti lebih tinggi, misalnya obligasi itu 8 persen, SBKS bisa 9 persen - 10 perse karena dipersepsikan risikonya lebih tinggi,” jelas Wawan.

Sementara penurunan AUM di reksa dana pendapatan tetap syariah diperkirakan Wawan akibat realisasi keuntungan (profit taking) ketika yield obligasi sempat turun jelang akhir tahun lalu. Selain itu, terdapat pula pergeseran instrumen investasi ke reksa dana efek luar negeri syariah (global fund sharia).

Menurut Wawan, investasi ke dalam efek luar negeri hanya dapat dilakukan melalui reksa dana syariah. Dengan demikian, investor dapat melakukan diversifikasi portofolio dengan mengoleksi saham-saham teknologi yang moncer di sepanjang 2020.

“Switching bisa ke saham [efek luar negeri] dan terproteksi. Dilihat dari data, terproteksi naiknya lebih tinggi dan produk ini kan isinya sama-sama sukuk negara dan sukuk korporasi,” tutur Wawan.

Menjelang akhir tahun ini, Wawan menilai produk reksa dana berbasis obligasi syariah masih layak untuk dikoleksi karena masih dapat memberikan imbal hasil optimal.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dwi Nicken Tari
Editor : Rivki Maulana
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper