Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Dana Murah jadi Booster Pertumbuhan Aset BCA (BBCA)

Dana murah (current account saving account/CASA) bank dengan kode emiten BBCA ini tumbuh 21,0 persen year-on-year (yoy) mencapai Rp643,9 triliun.
Nasabah berbicara dengan karyawan melalui Video Banking di salah satu Kantor Cabang Bank BCA di Jakarta, Rabu (23/9/2020). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Nasabah berbicara dengan karyawan melalui Video Banking di salah satu Kantor Cabang Bank BCA di Jakarta, Rabu (23/9/2020). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA -- PT Bank Central Asia Tbk. meyakini dapat menjaga tren pertumbuhan aset pada tahun ini seiring dengan pembukaan rekening baru melalui digital yang masih tinggi.

Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja menyebutkan pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) berkontribusi besar terhadap akumulasi aset BCA.

"Kami masih berharap tren pertumbuhan aset dapat terjaga. Ini pembukaan rekening online sudah naik dari hanya 500 per hari menjadi sekarang sudah 9.000. Namun, yang open akun rata-rata saldo masih kecil," tutuernya kepada Bisnis, Senin (8/3/2021).

Peningkatan aset BCA mencapai 17 persen pada tahun lalu. Hal tersebut disebabkan tren dana pihak ketiga, khususnya pada dana murah.

Dana murah (current account saving account/CASA) bank dengan kode emiten BBCA ini tumbuh 21,0 persen year-on-year (yoy) mencapai Rp643,9 triliun. Sementara itu, deposito berjangka meningkat sebesar 14,0 persen yoy menjadi Rp196,9 triliun.

Jahja menjelaskan pondasi bisnis perbankan transaksi BCA tergolong cukup matang pada masa pandemi. Untuk memperkuat franchise perbankan transaksi, perseroan fokus untuk terus memperluas basis nasabah sekaligus mengembangkan solusi digital secara konsisten.

Dengan bisnis sampingan pada lini treasury, perseroan juga masih mampu menjaga percetakan laba dengan imbal hasil yang cukup tinggi.

Adapun, BBCA membukukan laba bersih senilai Rp27,13 triliun sepanjang 2020. Jika dibandingkan dengan kinerja pada 2019, raihan tersebut turun 5,14 persen secara tahunan (year on year/yoy).

Pada 2019, emiten dengan kode saham BBCA ini meraih laba bersih senilai Rp28,6 triliun. Sementara itu, laba bersih turun 5,0 persen YoY menjadi Rp27,1 triliun, disebabkan biaya pencadangan yang lebih tinggi untuk mengantisipasi potensi penurunan kualitas aset.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : M. Richard
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper