Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Percepat Pemulihan Ekonomi, Bos LPS: Pertumbuhan Kredit Perlu Dikerek

Bersama dengan LPS, industri perbankan diharapkan bisa tumbuh stabil melalui cakupan program penjaminan yang kredibel dan terpercaya.
Karyawan membersihkan logo Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) di Jakarta, Jumat (10/7/2020). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Karyawan membersihkan logo Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) di Jakarta, Jumat (10/7/2020). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA - Ketua Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Purbaya Yudhi Sadewa mengatakan likuiditas perbankan saat ini mencukupi, tetapi masih diperlukan pertumbuhan kredit.

Purbaya pun menyatakan likuiditas perbankan saat ini menunjukkan kondisi yang ample. Ini tergambar dari pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) pada Januari 2021 sebesar 10,57 persen.

"Namun pertumbuhan kredit masih perlu didorong untuk mempercepat pemulihan ekonomi nasional, di mana saat ini angka pertumbuhan kredit sebesar -1,92 persen YoY," ujarnya dalam keterangan resmi, Rabu (17/3/2021).

Purbaya menambahkan bersama dengan LPS, industri perbankan diharapkan bisa tumbuh stabil melalui cakupan program penjaminan yang kredibel dan terpercaya.

Selain itu, dia menilai suku bunga kredit perlu didorong penurunannya dan karena setiap sektor ekonomi rill mengalami tantangan yang berbeda, sehingga perlu dorongan kebijakan yang berbeda pula.

"Kesinambungan kebijakan akan mempengaruhi perbaikan perekonomian, oleh karena itu kita harus menggunakan segala instrumen yang ada untuk mendukung pemulihan ekonomi,” ujarnya.

LPS pun bersama anggota Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) yang lain akan terus menjalin sinergi kebijakan dan berbagai langkah stimulus.

Sinergi ini yang menjadi fokus KSSK sekarang. Selain itupun Purbaya mengatakan LPS berkomitmen menjaga stabilnya industri perbankan dan perekonomian nasional dengan berbagai kebijakan yang dijalankan saat ini.

Dia pun optimistis ekonomi nasional akan pulih dan bahkan tumbuh lebih baik. Terlebih dengan respons pemerintah dalam menghadapi dampak pandemi Covid-19 terhadap perekonomian sudah tepat.

Purbaya mengatakan ada beberapa indikator kegiatan usaha dan konsumsi yang menunjukkan perbaikan. Namun, lanjutnya hal tersebut masih memerlukan dorongan untuk pulih lebih cepat.

Indikator tersebut menurut data dari BI, Bloomberg dan juga CEIC mencatat antara lain Purchasing Managers' Index (PMI) manufaktur yang sebelumnya menunjukkan grafik penurunan, terutama pada April 2020, di mana hanya tumbuh sekitar 30 persen, sekarang grafiknya terus mengalami peningkatan, dan pada bulan Februari tahun ini angka pertumbuhannya sebesar 50,9 persen.

Dari sisi penjualan kendaraan bermotor, setelah mengalami penurunan signifikan di pertengahan 2020 atau pada Juni 2020, angka penjualan mobil merosot hingga -80 persen atau hanya terjual sekitar 200.000 unit.

Namun, hingga awal tahun ini atau pada Januari 2021 grafiknya meningkat dan naik hingga -34,22 persen atau terjual sebanyak 394.733 unit.

Kemudian, dia juga menjelaskan mengenai outlook pertumbuhan ekonomi global, di mana menurutnya perekonomian global akan sangat bergantung terhadap keberhasilan negara dalam mengatasi pandemi, termasuk di dalamnya ialah penyaluran vaksin kepada masyarakat.

“Data pertumbuhan ekonomi Indonesia berdasarkan perhitungan World Bank pada Januari 2021 tumbuh sebesar 4,4 persen dan IMF mencatat pertumbuhan ekonomi sebesar 4,8 persen, tetapi hingga Maret 2021, pertumbuhan ekonomi Indonesia menurut OECD naik sebesar 4,9 persen,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper