Bisnis.com, JAKARTA - Riset perusahaan modal ventura Alpha JWC Ventures bersama Kearney mengungkap potensi lahirnya beberapa unicorn asal Indonesia yang terdorong oleh tingginya adopsi digital di kota kecil dan pedesaan.
Riset bertajuk 'Unlocking Next Wave of Digital Growth: Beyond Metropolitan Indonesia' ini mengungkap bahwa beberapa pelaku ekonomi digital tampak 'bosan' berperang di kota-kota Tier 1 (Jakarta, kawasan Bodetabek, Bandung, dan Surabaya).
Co-founder and General Partner Alpha JWC Ventures Jefrey Joe mengungkap hal ini karena beberapa kota yang termasuk Tier 2 dan Tier 3 memiliki pertumbuhan konsumsi dari kelas menengah yang signifikan dan memiliki infrastruktur yang sudah mumpuni.
"Ekonomi digital kota-kota Tier 2 dan Tier 3 diproyeksi akan mengalami kenaikan hingga 5 kali lipat dalam 5 tahun ke depan, yang ditopang oleh penetrasi para startup dan tentunya pertumbuhan ekonomi nasional," jelasnya, Rabu (31/3/2021).
Adapun, riset ini membagi 15 kota metropolitan ke dalam kategori Tier 1. Disusul 76 kota besar lain yang masuk ke dalam Tier 2 atau 'Rising Urbanities' termasuk Semarang, Makassar dan Denpasar. 101 kota masuk ke dalam kategori Tier 3 atau 'Slow Adopters', dan sisanya 322 kota lain tergolong Tier 4.
Terungkap perbedaan antara warga metropolitan dengan warga kota kecil terhadap adopsi digital ternyata sangat jauh.
Baca Juga
Kota di Tier 1 kebanyakan sudah melek digital (60 persen) dan pengguna awal (23 persen), sisa yang belum melek digital hanya 18 persen. Sementara itu, kota Tier 2 dan Tier 3 masih didominasi warga belum aware terhadap digital, masing-masing 83 persen dan 89 persen.
Oleh sebab itu, Jefrey menekankan bahwa apabila suatu platform mampu menjaring potensi di kota-kota Tier 2 dan Tier 3, maka platform tersebut berpotensi menjadi unicorn perusahaan rintisan yang bervaluasi lebih dari US$1 miliar.
"Kita punya ekspektasi ada dua sampai tiga startup dari sektor yang potensial jadi unikorn dalam 5 tahun ke depan, yang ditopang oleh kemampuannya menjangkau kota Tier 2 dan Tier 3, yaitu dari e-commerce, lending, dan platform solusi bisnis UMKM," jelasnya.
Pasalnya, e-commerce merupakan sebuah fenomena yang lumrah dan paling mudah diterima oleh masyarakat. Apabila transaksi digital telah mengakar di suatu ekosistem masyarakat Tier 2 dan Tier 3, e-commerce yang mampu menjangkau mereka bisa dipastikan moncer.
Adapun, jenis startup lending atau penyedia akses pinjaman atau permodalan, merupakan akibat intergrasi dengan e-commerce yang bertumbuh.
Terakhir, platform solusi UMKM pun kecipratan berkah, karena apabila masyarakat kota Tier 2 dan Tier 3 sudah terbiasa dengan digital di kehidupan sehari-hari, kebiasaan ini juga akan terbawa ketika mereka menjalankan usaha atau bisnis.
Oleh sebab itu, menurut Jefrey, iklim investasi ke di desa dan kota kecil Indonesia punya potensi semakin masif dalam dua tahun ke depan. Mulai dari infrastruktur telekomunikasi, peningkatan pengembangan SDM dan pengetahuan konsumen, tak terkecuali bagi Modal Ventura dalam menjaring startup potensial.
"Startup itu yang penting punya exponentially growth. Walaupun dia bisa lahir dari kota kecil, bahkan desa sekalipun, kalau dia punya potensi scale up, tentu dia bisa jadi perhatian MV. Terpenting dia bisa membuktikan diri kalau dia bisa memperbesar skala bisnis, bukan cuma menang di lokal daerahnya saja," ungkapnya.