Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Antisipasi Risiko Asuransi Kredit, Ini Strategi Jasindo Hadapi Kuartal II

Pada kuartal I/2021 Jasindo mencatatkan kinerja positif, baik dari sisi premi (top line) maupun laba (bottom line).
Pekerja beraktifitas di depan logo asuransi Jasindo di Jakarta, Rabu (12/8/2020). Bisnis/Abdurachman
Pekerja beraktifitas di depan logo asuransi Jasindo di Jakarta, Rabu (12/8/2020). Bisnis/Abdurachman

Bisnis.com, JAKARTA — PT Asuransi Jasa Indonesia (Jasindo) masih menghadapi tantangan restrukturisasi asuransi kredit pada kuartal II/2021, yang dapat menghambat pertumbuhan laba. Penanganan lonjakan klaim asuransi kredit dinilai membutuhkan proses panjang.

Direktur Utama Jasindo Didit Mehta Pariadi menjelaskan bahwa pada kuartal I/2021 pihaknya berhasil mencatatkan kinerja positif, baik dari sisi premi (top line) maupun laba (bottom line). Capaian itu merupakan buah dari strategi penyesuaian fokus (refocusing) bisnis ke core business, yakni layanan asuransi korporasi di lini bisnis tertentu yang dimulai pada semester II/2020.

Meskipun begitu, menurutnya, pada kuartal II/2021 perseroan masih menghadapi tantangan dalam menangani kinerja asuransi kredit. Lini bisnis itu dinilai masih berpotensi mengalami lonjakan klaim, seiring proses restrukturisasi kredit periode pandemi Covid-19 yang masih berjalan.

"Proses ini [penanganan asuransi kredit] membutuhkan waktu yang panjang karena diperlukan pemahaman yang sama antara dunia perbankan dan pembiayaan dengan asuransi, mengenai bagaimana risiko dikelola dan porsi mana yang sepantasnya dialihkan kepada asuransi," ujar Didit kepada Bisnis, Selasa (4/5/2021).

Menurutnya, terjadi persaingan dalam 3–4 tahun terakhir di antara perusahaan asuransi dalam mengembangkan lini bisnis asuransi kredit. Dampaknya, tarif premi menjadi rendah disertai cakupan risiko kegagalan kredit yang cenderung terlalu luas.

Kondisi itu menjadi tantangan tersendiri bagi perusahaan asuransi untuk bisa menemukan titik temu dengan perbankan dan industri pembiayaan. Namun, industri asuransi umum, termasuk Jasindo perlu melakukan antisipasi dengan mengoptimalkan lini-lini bisnis lain yang bonafid.

"Kami yakin pertumbuhan di lini bisnis utama akan mampu menjadi penyeimbang [koreksi asuransi kredit] pada saatnya, apalagi saat lini bisnis pendukung yang akan dibangun melalui digitalisasi mulai membuahkan hasil pada 2022 dan seterusnya," ujar Didit.

Salah satu upaya antisipasi terhadap lonjakan klaim asuransi kredit yang dilakukan Jasindo adalah dengan meningkatkan pencadangan. Berdasarkan laporan keuangan kuartal I/2021, Jasindo membukukan cadangan teknis senilai Rp7,89 triliun atau naik 22,03 persen (year-on-year/yoy) dari sebelumnya Rp6,4 triliun.

"Cadangan teknis naik sebagian untuk mengantisipasi risiko klaim asuransi kredit yang sedang kami restrukturisasi bersama-sama dengan anak perusahaan sejenis di Indonesia Financial Group [IFG]," ujar Didit.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper