Bisnis.com, JAKARTA – PT Asuransi Jasindo Syariah menjabarkan tantangan yang dihadapi industri asuransi umum syariah yang menyebabkan kontraksi perolehan premi atau kontribusi sebesar 23,28% year on year (YoY) per April 2025.
Sekretaris Perusahaan Jasindo Syariah, Wahyudi mengatakan kinerja asuransi umum syariah dalam empat bulan pertama 2025 mengalami koreksi yang salah satunya dipengaruhi oleh perlambatan aktivitas ekonomi di sektor-sektor yang menjadi pengguna utama asuransi umum.
"Seperti sektor perdagangan, otomotif dan logistik. Di tengah kondisi tersebut, perusahaan asuransi umum syariah cenderung mengambil langkah konservatif dengan lebih selektif dalam melakukan underwriting demi menjaga kualitas portofolio risiko," kata Wahyudi kepada Bisnis, dikutip Minggu (20/7/2025).
Selain penyebab tersebut, Wahyudi mengatakan literasi masyarakat terhadap pentingnya perlindungan risiko berbasis syariah, khususnya untuk asuransi umum, juga masih menjadi pekerjaan rumah yang harus terus ditingkatkan agar dapat bersaing optimal dengan produk konvensional.
"Namun demikian, prospek asuransi umum syariah ke depan tetap positif. Meningkatnya kesadaran terhadap manajemen risiko, tumbuhnya sektor ekonomi halal, dan dukungan regulasi menjadi peluang penting untuk mendorong kebangkitan kinerja pada semester kedua 2025," ujarnya.
Menyambut prospek cerah tersebut, Wahyudi menilai perusahaan asuransi umum syariah perlu terus beradaptasi melalui inovasi produk, memperluas kemitraan strategis, serta memanfaatkan teknologi digital agar layanan semakin mudah diakses dan diterima masyarakat.
Bagi perusahaan sendiri, Wahyudi mengatakan Jasindo Syariah ke depan akan terus memperkuat literasi keuangan syariah, memperluas jangkauan pasar dan menghadirkan solusi perlindungan yang sesuai prinsip syariah agar dapat berkontribusi lebih besar pada perkembangan industri keuangan syariah di Indonesia.
Baca Juga
Sementara dalam upaya perusahaan meningkatkan pendapatan kontribusi, Wahyudi mengatakan jalur distribusi melalui bank merupakan salah satu kontributor penting dalam pendapatan premi, baik yang dilakukan secara langsung maupun tidak langsung melalui broker.
"Kerja sama dengan bank syariah terbukti efektif dalam memperluas penetrasi asuransi syariah antara lain karena akses langsung ke nasabah bank yang telah memiliki kesadaran akan produk keuangan syariah, cross selling produk yang relevan seperti asuransi kendaraan bermotor dan asuransi mikro bagi pelaku UMKM, serta dapat meningkatkan literasi keuangan melalui edukasi bersama bank kepada nasabah," tegasnya.
Saat ini ekosistem keuangan syariah tengah menyambut pemain perbankan baru, Bank Umum Syariah (BUS) milik Muhammadiyah. Salah satu organisasi Islam terbesar di Indonesia ini sedang berencana membentuk BUS melalui merger antar Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) atau BPR Syariah Matahari.
Wahyudi mengatakan Jasindo Syariah menyambut baik rencana kehadiran BUS Muhammadiyah yang diyakini akan memperkuat ekosistem keuangan syariah nasional.
Dengan aset Muhammadiyah yang ditaksir lebih dari Rp400 triliun serta jaringan luas di sektor pendidikan, kesehatan, hingga ritel, Wahyudi menilai BUS Muhammadiyah berpotensi menjadi katalis penting dalam meningkatkan literasi dan inklusi keuangan syariah, termasuk pada industri asuransi.
"Bagi industri asuransi syariah, kehadiran BUS Muhammadiyah membuka peluang kerja sama strategis, baik melalui jalur bancassurance maupun penutupan asuransi aset-aset Muhammadiyah. Sinergi ini diharapkan mendorong kesadaran masyarakat akan pentingnya proteksi berbasis syariah, terutama pada segmen pendidikan dan kesehatan yang selama ini menjadi fokus Muhammadiyah," tegasnya.
Selain itu, Wahyudi mengatakan dengan hadirnya BUS Muhammadiyah, Jasindo Syariah optimistis kanal bancassurance akan semakin berkembang, mengingat basis nasabah Muhammadiyah yang besar dan loyal.
"Secara umum, pertumbuhan kontribusi perusahaan sejalan dengan tren industri. Kendati demikian, kami tetap mencermati tekanan pada segmen asuransi umum syariah yang secara industri masih mengalami kontraksi," pungkasnya.
Adapun berdasarkan data Asosiasi Asuransi Syariah Indonesia (AASI) dalam periode Januari-April 2025, premi asuransi umum syariah terkoreksi 23,28% YoY menjadi Rp0,87 triliun. Kondisinya berbeda dengan premi asuransi jiwa syariah yang tumbuh 14,90% YoY menjadi Rp8,20 triliun, sementara premi reasuransi syariah tumbuh 9,84% YoY menjadi Rp0,34 triliun.