Bisnis.com, JAKARTA - Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Teten Masduki optimistis porsi kredit untuk UMKM sebesar 30% pada 2024 seperti keinginan Presiden Joko Widodo, bakal tercapai.
Dia mengungkapkan kebijakan pemerintah menaikkan plafon KUR tanpa jaminan dari Rp50 juta menjadi Rp100 juta dan memperpanjang subsidi bunga 3% sampai Desember 2021, bakal positif bagi segmen mikro.
Pihaknya telah menerima laporan dari bank anggota Himbara bahwa saat ini KUR menjadi kredit yang paling diminati di perbankan. Menurutnya, kebijakan ini menandai prioritas pemerintah untuk segera melahirkan UMKM unggul dan menguasai market dalam negeri.
"Pak presiden telah memberikan arahan kepada kami untuk meningkatkan rasio kredit perbankan untuk UMKM menjadi lebih dari 30% di 2024. Saya kira ini kita optimis kami dengan Menko Ekonomi sudah mempelajarinya dengan terus menambah porsi KUR ini, angka 30% itu akan dilampaui pada tahun 2024," katanya dalam webinar UMKM Milenial Summit 2021, Kamis (6/5/2021).
Teten mengungkapkan perlunya mendorong porsi kredit UMKM sebesar 30% di perbankan pada 2024. Sebab, jika dibandingkan dengan negara tetangga lainnya, porsi kredit UMKM di Indonesia relatif paling rendah.
Dia menyebut di Singapura, porsi kredit untuk UMKM sudah mencapai 39%. Demikian pula di Malaysia sudah mencapai 50%, Thailand di atas 50%, dan Korea Selatan 81%.
"Jadi saya kira kita perlu untuk memperkuat akses pembiayaan supaya UMKM bisa punya kesempatan untuk mengembangkan kapasitas bisnisnya serta memperkuat daya saing produksinya sehingga mereka bisa naik kelas sehingga memperkuat struktur ekonomi kita di sektor kecil dan menengah," imbuhnya.
Lebih lanjut, dia melaporkan realisasi BPUM (Bantuan Produktif untuk Usaha Mikro) hingga 5 Mei 2021 telah tersalur kepada 8,6 juta usaha mikro atau 88% dari target 9,8 juta usaha. Program pemerintah tersebut terbukti cukup tepat untuk menjaga UMKM bisa bertahan bisa bertahan menghadapi Covid-19.
Hal ini tercermin dari pertumbuhan ekonomi mulai membaik, dari minus 2,19 persen di kuartal IV/2020 menjadi minus 0,74 di kuartal I/2021. Perbaikan ini ditopang dari belanja pemerintah dan konsumsi rumah tangga yang semakin membaik. Program seperti Banpres produktif dan subsidi bunga pun ikut kontribusi dalam pemulihan ekonomi.
Teten pun menambahkan banpres produktif juga mendapat respon positif dari penerima program. Berdasarkan survei TNP2K mencatatkan penggunaan dana banpres produktif itu mencapai 88,5% yang digunakan untuk pembelian bahan baku.
"Kemudian sebesar 23,4% digunakan untuk pembelian alat produksi, serta 53,5% penerima program tidak memiliki pekerjaan lain selain menjadi pelaku usaha mikro. Jadi ini sangat tepat sasaran," imbuhnya.
Dia menambahkan angka pengangguran terbuka mulai turun dari 7,07% pada bulan Agustus tahun lalu menjadi 6,26% di Februari tahun ini. Hal ini menunjukkan dunia usaha kembali bergeliat mulai pulih.