Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Peserta Dana Pensiun Turun, ADPI Optimis Aset Tetap Bertumbuh

Fenomena penurunan kepesertaan sebenarnya wajar, asalkan setiap pelaku dana pensiun masih bisa mengelola pemasukan iuran dengan baik dan strategi investasi yang tepat.
Dana pensiun/Istimewa
Dana pensiun/Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA - Asosiasi Dana Pensiun Indonesia (ADPI) memproyeksi adanya penurunan peserta dana pensiun di tengah pandemi Covid-19.

Ketua Umum ADPI Suheri menjelaskan bahwa fenomena penurunan kepesertaan sebenarnya wajar, asalkan setiap pelaku dana pensiun masih bisa mengelola pemasukan iuran dengan baik dan strategi investasi yang tepat.

"Kalau kemungkinan peserta turun selama pandemi, mungkin karena banyak perusahaan lay-off, tapi biasanya mereka ini pegawai baru sehingga iuran mereka masih terbilang kecil. Selain itu, setiap tahun itu kan gaji pegawai naik, iuran mereka pun naik. Jadi dari sisi iuran relatif sepertinya tidak ada penurunan signifikan di tahun ini," ujarnya kepada Bisnis, Rabu (19/5/2021).

Sekadar informasi, berdasarkan statistik Otoritas Jasa Keuangan (OJK), pelaku dana pensiun yang bertahan mencapai 214 per Maret 2021, turun dari sebelumnya 219 pelaku.

Penurunan terdorong penyedia dana pensiun pemberi kerja (DPPK) Program Pensiun Manfaat Pasti (PPMP) dari 153 ke 147. Adapun, DPPK Program Pensiun Iuran Pasti (PPIP) naik dari 43 ke 44, sementara dana pensiun lembaga keuangan (DPLK) tetap sejumlah 23 perusahaan.

Sementara itu, jumlah peserta pada 2019 sejumlah 4,38 juta peserta. Turun ketimbang 2018 yang mencapai 4,63 juta peserta, bahkan masih tercatat turun dari 2017 dan 2016 yang masing-masing 4,45 juta dan 4,39 juta peserta.

Hal ini pun terdorong penurunan peserta DPPK-PPMP dari 1 juta peserta ke 971.837 peserta dan DPLK dari 3,23 juta ke 3,01 peserta. Sementara itu, DPPK-PPIP naik dari 392.300 ke 405.662 peserta.

Adapun, dari sisi kinerja investasi, pria yang juga Chief Dana Pensiun Astra ini menekankan bahwa kondisi portofolio industri yang masih didominasi aset-aset minim risiko, masih akan membawa pertumbuhan.

"Yang masih turun sekarang itu saya lihat saham dan reksadana saham. Dapen yang banyak di obligasi, surat berharga negara (SBN), dan deposito, itu pasti positif terus dia. Secara kasar pertumbuhan masih 6-7 persen. Tapi Dapen yang sebagian besar di saham, kalau kondisi pasar modal positif, tentu bisa membawa aset industri bisa tumbuh lebih besar lagi," tambahnya.

Sekadar informasi, pada kuartal I/2021 penempatan investasi Dapen dengan total senilai Rp303,7 triliun, didominasi oleh komposisi deposito yang mencapai Rp84,9 triliun atau memiliki komposisi 27,9 persen.

Selanjutnya, disusul oleh SBN Rp79,13 triliun, obligasi senilai Rp67,7 triliun, baru kemudian penempatan saham senilai Rp30,14 triliun atau hanya mencakup 9,9 persen dari total investasi industri dana pensiun.

Pada periode ini pun, hasil investasi industri mencatatkan Rp5,13 triliun atau tumbuh 17,08 persen (year-on-year/yoy) dari sebelumnya Rp4,38 triliun. Disumbang DPPK-PPMP Rp2,75 triliun, DPPK-PPIP Rp663,77 miliar, dan DPLK Rp1,72 triliun.

Total pendapatan investasi ini telah mendorong industri membukukan laba pada kuartal I/2021 senilai Rp4,55 triliun, melesat hingga 20,7 persen (yoy) dari Rp3,7 triliun di tahun sebelumnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Aziz Rahardyan
Editor : Ropesta Sitorus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper