Bisnis.com, JAKARTA - Bank Indonesia (BI) melaporkan Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada kuartal I/2021 surplus sebesar US$4,1 miliar, setelah sebelumnya mengalami defisit sebesar US$0,2 miliar pada kuartal IV/2020.
Surplus NPI pada kuartal I/2021 ini berasal dari transaksi modal dan finansial. Menurut Kepala Ekonom BCA David Sumual, tren surplus NPI bisa berlanjut hingga kuartal tiga tahun ini, jika didorong oleh surplus transaksi modal dan finansial.
"Nah, kita berharap nantinya di kuartal dua dan tiga seterusnya, [aliran modal] portofolionya mulai masuk. Karena memang yield dari SBN kita relatif attractive," jelas David kepada Bisnis, Jumat (21/5/2021).
"Kita juga akan ada GoTo (Gojek-Tokopedia) yang IPO. Selain GoTo ada beberapa perusahaan e-commerce, Bukalapak juga ada rencana. Itu berharap bisa dari aliran portofolio itu akan tambah mendorong NPI kita paling tidak bisa surplus. Karena dari transaksi berjalannya akan trennya negatif tahun ini," tambahnya.
Adapun, surplus transaksi modal dan finansial pada kuartal I/2021 terutama ditopang oleh investasi portofolio. BI mencatat surplus transaksi modal dan finansial sebesar US$5,6 miliar atau 2,0 persen dari PDB. Pada kuartal sebelumnya, transaksi modal dan finansial defisit sebesar US$1,0 miliar atau 0,4 persen dari PDB.
Dengan portofolio dari merger perusahaan seperti Gojek dan Tokopedia tersebut, David memperkirakan setidaknya ada modal besar bisa masuk. "GoTo ini bisa paling tidak masuk US$2 billion [miliar]," ujarnya.
Baca Juga
Selain itu, dia juga mengatakan harapan surplus NPI dari transaksi investasi langsung. Meskipun, menurutnya investasi langsung sudah berjalan dengan baik sejak kuartal I/2021, sehingga bisa menyuntikkan modal yang cukup besr terutama di manufaktur.
Tidak hanya tren negatif transaksi berjalan, faktor pandemi Covid-19 yang masih berlangsung juga menjadi tantangan bagi NPI untuk bisa mengulang surplus. Menurut David, hal tersebut berkaitan dengan kinerja ekspor dan impor.
"Ekspor non-komoditas kelihatannya bisa terganggu kalau pandemi di negara-negara lain belum selesai. Kalau eskpor komoditas, saya lihat masih kemungkinan trennya bagus tahun ini," pungkasnya.