Bisnis.com, JAKARTA - Kerja sama investasi antara Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan (BP Jamsostek) dan Indonesia Investment Authority (INA) berpotensi memiliki prospek cerah dari segi nilai dan jangka waktu proyek.
Sebelumnya, penandatanganan perjanjian kerja sama berjangka waktu 2 tahun antara sovereign wealth fund (SWF) asal Tanah Air ini dengan BP Jamsostek telah berlangsung di Plaza BP Jamsostek pada Senin (24/5/2021).
MOU tersebut ditandatangani oleh Direktur Investasi BP Jamsostek Edwin Ridwan bersama Dewan Direktur INA Stefanus Ade Hadiwidjaja dan Arief Budiman, serta disaksikan oleh Direktur Utama BP Jamsostek Anggoro Eko Cahyo dan Ketua Dewan Direktur INA Ridha Wirakusumah.
Direktur Investasi BP Jamsostek Edwin Ridwan menjelaskan bahwa langkah menggandeng INA merupakan upaya menambah kapabilitas pihaknya dalam direct investment atau investasi penyertaan langsung, sehingga mampu mempercepat realisasi diversifikasi investasi ke segmen tersebut.
"Investasi langsung saat ini masih sangat kecil persentasenya dari dana kelolaan. Padahal kita bisa sampai 5 persen dari total atau mendekati Rp25 triliun. Butuh waktu untuk mampu merealisasikan dana sebesar itu, sehingga kerja sama dengan SWF penting buat kita," ujarnya, Senin (24/5/2021).
Terlebih, Edwin mengungkap bahwa nantinya akan ada penambahan porsi investasi langsung hingga 10 persen dari portofolio, berkaitan revisi peraturan pemerintah tentang BP Jamsostek.
Baca Juga
"Jadi total kita bisa melakukan investasi langsung Rp50 triliun, itu pun hanya dari sisi equity, belum dari instrumen surat utang secara langsung. Sekarang ini tren suku bunga sedang sangat rendah, sehingga kami sedang berusaha mengembangkan investasi dengan return yang optimal kepada peserta, sehingga perlu diversifikasi," ujarnya.
Adapun, Ketua Dewan Direktur INA Ridha Wirakusumah menyatakan bahwa antusiasme INA dalam inisiasi kerja sama dengan BP Jamsostek ini cukup tinggi. Menurutnya, hal ini karena karakter investasi INA sendiri hampir mirip dengan BP Jamsostek, yaitu bersifat long-term dan stabil.
"Ke depan kita akan mencari tempat investasi yang cocok, baik, dengan sifat lebih banyak long-term dan stabil, serta banyak menciptakan lapangan kerja. Karena kita sama seperti BPJS Ketenagakerjaan, punya fokus pada tenaga kerja, karena kita bisa menjadi tambahan alternatif pembiayaan yang selama ini masih belum ada di Indonesia," jelasnya.
Seperti diketahui, INA merupakan lembaga yang lahir berdasarkan Undang undang Nomor 11 tahun 2020 tentang Cipta Kerja. Lembaga ini berdiri dengan tujuan untuk berperan aktif dalam mendukung pembangunan Indonesia yang berkelanjutan dan membangun kekayaan untuk generasi mendatang.
Salah satu caranya, dengan melakukan kegiatan investasi dan berkolaborasi dengan institusi investasi terkemuka global dan domestik dalam sektor-sektor yang memperkuat keunggulan Indonesia dan memberikan imbal balik yang optimal.
"INA selain bekerjasama dengan institusi global, juga memiliki aspirasi untuk berkolaborasi dengan berbagai institusi investasi domestik, mengingat luasnya peluang investasi yang dapat dikembangkan. Kami percaya ini merupakan langkah awal positif untuk kolaborasi yang lebih luas dengan berbagai investor, baik global maupun domestik dalam berbagai sektor di Indonesia," tambah Ridha.
Direktur Utama BP Jamsostek Anggoro Eko Cahyo menekankan bahwa kerja sama dengan INA merupakan upaya untuk menciptakan lapangan pekerjaan baru, melakukan diversifikasi risiko, serta mendistribusikan dana investasi sebagai dana amanah ke dalam berbagai instrumen investasi alternatif, dengan durasi yang lebih panjang, yield yang optimal, governance dan manajemen risiko yang memadai.
Turut hadir, Ketua Dewan Pengawas BP Jamsostek Muhammad Zuhri Bahri yang menekankan bahwa kerja sama menggandeng SWF INA penting sebagai langkah memberikan manfaat lebih optimal kepada peserta 4 program, antara lain Program Jaminan Hari Tua (JHT), Program Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK), Program Jaminan Kematian (JKM) dan Program Jaminan Pensiun (JP).
Terpenting, langkah ini tidak melanggar tiga pilar utama, yaitu program harus didorong agar memberikan nilai manfaat dan maslahat bagi BP Jamsostek dan perkerja sebagai penerima manfaat.
Kedua, terkait dengan tata kelola BP Jamsostek, termasuk tata kelola investasi yang harus governance dan complience terhadap perundang-undangan yang berlaku. Terakhir, agar aset investasi dipastikan pengelolaannya secara sehat.
Anggota Dewan Pengawas INA Darwin Cyril Noerhadi pun sepakat bahwa tata kelola merupakan kunci, menilik potensi INA dan BP Jamsostek yang sama-sama memiliki dana kelolaan jumbo.
"Investasi asing penting buat INA, tapi juga tidak cukup, perlu investor dari lokal. Hari ini salah satunya, INA melakukan penandatangan dengan salah satu investor lokal terbesar. Ini menjadi momentum terbaik untuk menggerakkan ekonomi kita yang harapannya punya peran, berguna dan bermanfaat untuk lintas generasi," ungkapnya.