Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ungkap Rencana Penambahan Modal, Bos BTN: Awal 2022

BTN berencana melakukan penambahan modal pada awal tahun 2022. Penambahan modal dibutuhkan untuk mengoptimalkan kapasitas penyaluran kredit saat ini.
Direktur Finance, Treasury and Strategy BTN Nixon L. Napitupulu/btn.co.id
Direktur Finance, Treasury and Strategy BTN Nixon L. Napitupulu/btn.co.id

Bisnis.com, JAKARTA - PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. menargetkan dapat melaksanakan aksi penambahan modal pada awal tahun 2022.

Hal tersebut disampaikan Direktur Utama BTN Haru Koesmahargyo dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi XI DPR pada Kamis (17/6/2021),

Sebelumnya, pada awal Maret kemarin, Wakil Direktur Utama BTN Nixon LP Napitupulu juga pernah menyampaikan rencana penambahan modal dengan memberikan hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) atau rights issue dengan target dana sebesar Rp5 triliun.

Dalam rapat tersebut, Haru memaparkan rencana bisnis BTN untuk periode 2021-2022. Salah satunya, perseroan berencana melakukan penambahan modal pada awal tahun 2022. Penambahan modal dibutuhkan untuk mengoptimalkan kapasitas penyaluran kredit saat ini.

Haru menyebut hingga Maret 2021, Capital Adequacy Ratio (CAR) sebesar 17,6 persen, lebih rendah dari rata-rata industri sebesar 24 persen. CAR tier-1 juga lebih rendah lagi yakni 12 persen. Dia berharap dengan penambahan modal maka kapasitas untuk memberikan pinjaman bisa lebih besar.

"Program yang kami masukkan dalam rencana di awal 2022 nanti adalah untuk penambahan modal BTN. Karena kami sangat membutuhkan penambahan modal untuk mengoptimalkan kapasitas penyaluran kredit saat ini," katanya.

Dari sisi kinerja kuartal I/2021, perseroan mampu membukukan pertumbuhan kredit sebesar 3,19 persen yoy menjadi Rp261 triliun atau tumbuh 3,19 persen yoy. Pencapaian itu di atas rata-rata industri yang tercatat -3,8 persen yoy.

Sementara dana pihak ketiga mencapai Rp294 triliun atau 3,31 persen yoy, sedangkan rata-rata industri tumbuh 9,5 persen. Perolehan laba mencapai Rp625 miliar atau tumbuh 36,75 persen yoy.

Selanjutnya, rasio NIM mencapai 3,31 persen. NPL berhasil turun menjadi 4,25 persen. Posisi LDR 88,62 persen, yang sebelumnya hampir selalu di atas 100.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Azizah Nur Alfi
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper