Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

APPI Fokus Pemerataan Portofolio Pembiayaan di Indonesia

APPI ingin memperluas portofolio pembiayaan ke seluruh wilayah Indonesia, tak hanya di Jawa.
Layar menampilkan Wakil Pemimpin Redaksi Bisnis Indonesia Fahmi Achmad (kiri atas dilayar), Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia Suwandi Wiratno (kanan atas dilayar), Ketua Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia Budi Tampubolon (kiri bawah dilayar), dan Research Director CORE Piter Abdullah saat acara Bisnis Indonesia Economic Outlook secara virtual di Jakarta, Selasa (6/7/202021). Bisnis/Abdurachman
Layar menampilkan Wakil Pemimpin Redaksi Bisnis Indonesia Fahmi Achmad (kiri atas dilayar), Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia Suwandi Wiratno (kanan atas dilayar), Ketua Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia Budi Tampubolon (kiri bawah dilayar), dan Research Director CORE Piter Abdullah saat acara Bisnis Indonesia Economic Outlook secara virtual di Jakarta, Selasa (6/7/202021). Bisnis/Abdurachman

Bisnis.com, JAKARTA — Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia atau APPI Suwandi Wiratno menyatakan bahwa pelaku industri multifinance sejak awal memiliki niatan untuk memperluas portofolio pembiayaan ke seluruh wilayah Indonesia. Tujuannya agar portofolio tak hanya berkonsentrasi di Jawa.

Mulanya, APPI bersama seluruh perusahaan menginginkan penyaluran pembiayaan di wilayah Indonesia Timur dapat mencapai sekitar 40 persen dari total portofolio industri. Namun, sejak terjadinya kasus double pledge pada 2019, rencana itu sempat terkendala sehingga perlu dijalankan lagi dengan lebih matang.

"Kalau dilihat per Maret 2021, sebaran pembiayaan dan kantor cabang 65,5 persen di Pulau Jawa, 17,3 persen di Sumatera, itu masih sedikit di Sulawesi dan Papua," ujar Suwandi dalam gelaran Bisnis Indonesia Mid Year 2021 Economic Outlook, Selasa (6/7/2021).

Dalam kondisi pandemi Covid-19 ini, industri pembiayaan memang masih menghadapi sejumlah tantangan besar, seperti terbatasnya mobilitas karyawan khususnya dalam aktivitas penagihan. Lalu, pertumbuhan piutang pembiayaan pun diperkirakan masih akan terkontraksi, disertai biaya-biaya beban yang meningkat dan terbatasnya sumber pendanaan.

Dalam kurun 2020 sampai 2021 ini, perusahaan pembiayaan pun fokus menjaga collection untuk arus kas dan membayarkan kewajibannya kepada perbankan. Hal tersebut dilakukan untuk menjaga kondisi bisnis, terlebih terdapat potensi kenaikan permintaan restrukturisasi kredit selama masa PPKM.

Sekadar informasi, berdasarkan data hingga 28 Juni 2021, permohonan restrukturisasi yang diterima 167 multifinance yang ikut menyukseskan kebijakan ini mencapai 5,75 juta kontrak pembiayaan, dengan nilai outstanding pokok Rp180,92 triliun dan bunga Rp48,87 triliun.

Permohonan yang disetujui mencapai 5,13 juta kontrak dengan nilai pokok Rp164,42 triliun dan bunga Rp44,76 triliun. Adapun, yang ditolak sebanyak 352.897 kontrak dengan nilai pokok Rp8,91 triliun dan bunga Rp2,28 triliun. Sisanya, atau sebanyak 261.185 kontrak masih dalam proses.

Suwandi menjelaskan bahwa realisasi program ini terbilang sukses untuk ikut menjaga kualitas piutang dari multifinance, ditopang komunikasi dan penjelasan yang baik terhadap para debitur.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper