Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bank-Bank Milik Konglomerat Terjebak di Zona Lonjakan Kredit Bermasalah

NPL tinggi di sejumlah bank milik konglomerat dinilai terkait dengan strategi bisnis masing-masing, maupun karena terpengaruh pelemahan daya beli masyarakat.
Ilustrasi bank/shutterstock
Ilustrasi bank/shutterstock

Bisnis.com, JAKARTA — Beberapa bank milik konglomerat di Indonesia mengalami peningkatan rasio kredit bermasalah (nonperforming loan/NPL), bahkan hampir mencapai ambang batas 5% yang ditetapkan oleh regulator hingga akhir kuartal III/2024.

Meskipun demikian, Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae menyatakan bahwa peningkatan NPL tersebut bersifat siklikal sesuai dengan strategi masing-masing bank.

"Kita melihat bahwa banyak bank itu punya strategi masing-masing. Kapan misalnya melakukan penghapus bukuan, restrukturisasi dan lainnya yang dilakukan secara rutin oleh mereka," ujarnya saat ditemui Bisnis di Jakarta, Selasa (12/11/2024). 

Dian menekankan bahwa pengawasan masih berjalan normal dan tidak ada masalah mendasar selama NPL di bawah ambang batas 5%, sehingga situasi dianggap aman. Dirinya optimistis kenaikan NPL ini hanya bersifat sementara dan kemungkinan akan menurun di laporan berikutnya.

Bahkan, kata Dian, perkembangan bisnis yang bersifat siklikal ini mendorong bank melakukan penyesuaian terhadap profit perusahaan.

Menurutnya, fluktuasi keuntungan besar dan kerugian merupakan hal biasa dalam bisnis perbankan, selama bank tetap berada dalam koridor rasio keuangan yang sehat.

"Kita lihat permodalan mereka kuat, LDR juga masih bagus, dan net interest, profitabilitas juga bagus, likuditas juga bagus itu saya kira semuanya enggak ada isu," ucapnya.

Sejumlah bank milik konglomerat memang mencatatkan rasio NPL tinggi, misal PT Bank MNC Internasional Tbk. (BABP) milik konglomerat Hary Tanoesoedibjo yang mencatatkan pemburukan kualitas aset.

Tercatat, rasio kredit bermasalah atau NPL gross menjadi 4,69% per September 2024, naik 71 basis poin (bps) dari 3,98% per September 2024. NPL nett pun naik menjadi 3,32% dari sebelumnya 2,59%.

Sebelumnya, Presiden Direktur MNC Bank Rita Montagna mengatakan dari sisi penyaluran kredit, MNC Bank masih tetap fokus untuk mengoptimalkan realisasi penyalurannya melalui commercial terutama pada segmen wholesale dan kredit konsumer sebagai penyokongnya dengan tetap memperhatikan prinsip kehati-hatian dan manajemen risiko yang terukur.

"Pada tahun 2025, kami optimistis untuk dapat meningkatkan total aset hingga Rp30 triliun melalui program dan rencana bisnis yang berfokus pada kinerja likuiditas,” ujarnya dalam keterangan tertulis, Senin (11/11/2024).

Adapun, pertumbuhan kinerja perseroan diimbangi dengan rasio keuangan yang terjaga pada kuartal III/2024, hal ini tecermin dari permodalan MNC Bank makin kokoh, Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM) berada pada level 27,55%, berada jauh di atas batas minimum rasio kecukupan modal yang ditetapkan regulator.

Selanjutnya, PT Bank Ina Perdana Tbk. (BINA) atau Bank INA milik taipan Anthoni Salim juga membukukan NPL gross yang melonjak hingga  247 bps menjadi 4,46% pada September 2024 dari sebelumnya 1,99% pada September 2023. Kemudian, NPL nett juga meningkat 245 bps menjadi 3% dari sebelumnya 0,55%. 

Menariknya, di tengah pembengkakan NPL, justru keduanya mencatatkan penyusutan kerugian penurunan nilai aset keuangan (impairment), yang masing-masing susut 47,91% (year on year/YoY) menjadi Rp34,96 miliar per September 2024 dan 7,79% (YoY) menjadi Rp68,09 miliar per September 2024. berarti, terdapat penurunan pada Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN) yang akhirnya dapat menopang laba perseroan.

Sementara itu, pemain lainnya yaitu PT Bank Mayapada Internasional Tbk. (MAYA) milik konglomerat Dato' Sri Tahir mencatatkan rasio kredit bermasalah mengalami perbaikan, di mana NPL gross berada di level 3,68% pada September 2024 dari sebelumnya 3,8% pada September 2023. Kemudian, NPL nett menjadi 2,75% pada September 2024 dari sebelumnya 2,93% pada September 2023.

Pada saat yang sama, bank tersebut mencatatkan pembengkakan kerugian penurunan nilai aset keuangan (impairment) sebesar Rp76,62 miliar pada sembilan bulan 2024 atau hingga kuartal III/2024 dari tahun sebelumnya yang nihil. Kenaikan beban pencadangan ini akhirnya menggerus laba.

Tercatat, laba bersih MAYA senilai Rp49,62 miliar pada kuartal III/2024. Nilai tersebut turun 24,86% secara tahunan (YoY) dibandingkan dengan laba bersih periode yang sama tahun sebelumnya, yang senilai Rp66,03 miliar pada kuartal III/2023. 

Dari kacamata pengamat, Head of Research LPPI Trioksa Siahaan mengatakan peningkatan NPL di bank saat ini lebih dikarenakan penurunan daya beli dan berdampak ke sektor usaha juga, alhasil bank harus membentuk pencadangan ketika terjadi kenaikan risiko kredit dan lebih hati-hati lagi dalam menyalurkan kredit baru

Sedangkan, dia pun membenarkan bahwa sebagian bank memang mencatatkan penurunan cadangan di tengah kenaikan NPL.

"[Pencadangan penurunan terjadi] karena ada yang mengalami perbaikan atau melalui penjualan aset jaminan membuat pencadangan yang sudah dibentuk terlihat berlebihan sehingga pencadangan dapat diturunkan,” ujarnya kepada Bisnis, Selasa (12/11/2024)

 
pangan bg

Uji pemahamanmu mengenai aplikasi mobile banking

Apa yang menjadi pertimbangan utama Anda dalam memilih aplikasi mobile banking?

Seberapa sering Anda menggunakan aplikasi mobile banking?

Fitur apa yang paling sering Anda gunakan di aplikasi mobile banking?

Seberapa penting desain antarmuka yang sederhana bagi Anda?

Apa yang membuat Anda merasa nyaman menggunakan aplikasi mobile banking tertentu?

Apakah Anda mempertimbangkan reputasi bank sebelum mengunduh aplikasinya?

Bagaimana Anda menilai pentingnya fitur keamanan tambahan (seperti otentikasi biometrik)?

Fitur inovatif apa yang menurut Anda perlu ditambahkan ke aplikasi mobile banking?

Apakah Anda lebih suka aplikasi yang memiliki banyak fitur atau yang sederhana tetapi fokus pada fungsi utama?

Seberapa penting integrasi aplikasi mobile banking dengan aplikasi lain (misalnya e-wallet atau marketplace)?

Bagaimana cara Anda mengetahui fitur baru pada aplikasi mobile banking yang Anda gunakan?

Apa faktor terbesar yang membuat Anda berpindah ke aplikasi mobile banking lain?

Jika Anda menghadapi masalah teknis saat menggunakan aplikasi, apa yang biasanya Anda lakukan?

Seberapa puas Anda dengan performa aplikasi mobile banking yang saat ini Anda gunakan?

Aplikasi mobile banking apa yang saat ini Anda gunakan?

pangan bg

Terimakasih sudah berpartisipasi

Ajak orang terdekat Anda untuk berpartisipasi dalam kuisioner "Uji pemahamanmu mengenai aplikasi mobile banking"


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Arlina Laras
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper