Bisnis.com, JAKARTA – PT Bank Ina Perdana Tbk. (BINA) atau Bank INA, milik taipan Anthoni Salim, mencatatkan laba bersih Rp110,23 miliar pada kuartal III/2024, turun 35,34% secara tahunan (year-on-year/yoy), dibandingkan laba bersih tahun sebelumnya Rp170,49 miliar.
Berdasarkan laporan keuangan, yang dikutip Senin (11/11/2024), kinerja pendapatan bunga bersih alias net interest income (NII) turun tipis 0,41% yoy menjadi Rp564,96 miliar pada September 2024 dari sebelumnya Rp567,28 miliar pada September 2023.
Margin bunga bersih (net interest margin/NIM) Bank INA menjadi 3,3%, naik 8 basis poin (bps) hingga sembilan bulan di tahun 2024 dari periode yang sama tahun sebelumnya 3,22% pada September 2023.
Selanjutnya, sejumlah pos beban mengalami kenaikan. Misal, beban tenaga kerja yang naik 33,16% yoy menjadi Rp203,37 miliar pada September 2024 dibanding sebelumnya Rp152,73 miliar pada September 2023. Selanjutnya, beban lainnya naik 15,4% yoy menjadi Rp177,29 miliar.
Beban operasional lainnya milik bank pun membengkak 22,65% yoy menjadi Rp414,13 miliar. Hal ini juga diikuti penurunan laba operasional hingga 34,32% yoy menjadi hanya Rp150,83 miliar dari sebelumnya Rp229,63 miliar.
Alhasil, rasio biaya operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO) pun membengkak menjadi 89,71%, naik 732 bps dari sebelumya 82,39%. Semakin naik rasio BOPO menunjukkan semakin tidak efisiennya perbankan dalam menjalankan usahanya.
Baca Juga
Dari sisi intermediasi, Bank INA telah menyalurkan kredit sebesar Rp13,25 triliun, naik 7,63% yoy dari sebelumnya Rp12,31 triliun. Meski demikian, aset bank tersebut turun 4,75% yoy menjadi Rp22,44 triliun dari sebelumnya Rp23,56 triliun.
Kualitas aset dilihat dari rasio kredit bermasalah (nonperforming loan/NPL) gross Bank INA juga mengalami lonjakan 247 bps menjadi 4,46% pada September 2024 dari sebelumnya 1,99% pada September 2023. Kemudian, NPL net juga meningkat 245 bps menjadi 3% dari sebelumnya 0,55%.
Dari sisi pendanaan, Bank Ina telah meraup dana pihak ketiga (DPK) sebesar Rp17,09 triliun, turun 11,84% secara tahunan dibanding sebelumnya Rp19,39 triliun. Raupan dana murah atau current account saving account (CASA) juga turun 17,11% menjadi Rp4,2 triliun dari sebelumnya Rp5,06 triliun.