Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Minat Modal Ventura Investasi ke Startup 'Bau Kencur' Tetap Tak Luntur!

Perusahan rintisan (startup) di tahap awal yang ingin memperoleh pendanaan modal ventura di era pandemi didorong untuk mempersiapkan daya tahan, memastikan inovasi yang diusung sesuai dengan kondisi pandemi dan masa transisi, serta mempersiapkan diri berkolaborasi dengan ekosistem.
Ilustrasi/investama.co.id
Ilustrasi/investama.co.id

Bisnis.com, JAKARTA - Investasi modal ventura ke perusahan rintisan potensial yang masih berada di tahap awal, merupakan upaya menggodok inovasi para pendiri, diharapkan memiliki pengaruh nyata buat perekonomian nasional di masa yang akan datang. 

Ketua Umum Asosiasi Modal Ventura untuk Startup Indonesia (Amvesindo) Jefri R. Sirait menjelaskan hal ini karena selain mendapatkan akses pendanaan atau penyertaan modal, modal ventura juga berperan membuka jaringan terhadap ekosistem baru yang mempermudah perkembangan perusahan rintisan. 

Jefri mendorong agar perusahan rintisan (startup) di tahap Pre-Seed, Seed Stage, Pre-Series A, sampai Series A yang berminat memperoleh pendanaan modal ventura di era pandemi untuk mempersiapkan daya tahan, memastikan inovasi yang diusung sesuai dengan kondisi pandemi dan masa transisi, serta mempersiapkan diri berkolaborasi dengan ekosistem.

"Buat startup, pastikan your idea, your current business, sesuai dengan hari ini dan masa depan. Jadilah future practice, pasti modal ventura akan melirik. Karena kita itu beda dengan lembaga jasa keuangan lain yang hanya memberi kredit atau pinjaman, modal ventura itu sudah siap uangnya hangus, makanya kita akan lihat betul apa purpose yang ditawarkan secara jangka panjang dan seberapa cepat bisa scale-up," ujarnya kepada Bisnis, Jumat (16/7/2021).

Kesiapan untuk berkolaborasi diamini oleh PT Mandiri Capital Indonesia, corporate venture capital anak usaha PT Bank Mandiri (Persero) Tbk., di mana tengah mengincar perusahan rintisan yang memiliki kesesuaian dengan ekosistem BMRI.

"Mayoritas investasi kami di series A dan B. Pernah di Pre-Series A, juga ada di late stage seperti Bukalapak dan Gojek, tapi jarang, sedangkan seed stage memang tidak pernah, tapi andaikata ada yang bagus, bisa saja. Asal teknologi dan produknya bisa dipakai di Ekosistem Mandiri Group," ujar Direktur Utama Mandiri Capital Indonesia Eddi Danusaputro kepada Bisnis.

Eddi pun memberikan tips, di mana setidaknya ada beberapa indikator umum yang akan dilihat modal ventura dalam menilai startup di tahap awal.

Fokus utama ada di indikator kapasitas founder beserta tim, lalu model bisnis. Selanjutnya, yaitu potensi market, konsep bisnis, tingkat kompetisi pasar, tingkat pertumbuhan pendapatan dan strategi. Berbeda dengan perusahaan rintisan tahap lanjut, di mana fokus penilaian ada di sisi pertumbuhan pendapatan sejak beroperasi.

"Jadi pandemi tidak terlalu mengubah cara kita, karena kita investor jangka panjang. MCI sendiri masih memproyeksikan tahun ini akan ada 3 sampai 4 investasi baru, selain tetap follow on funding ke existing investees atau dalam portofolio," tambahnya.

Sekadar informasi, MCI sepanjang 2020 setidaknya terlibat dalam satu pendanaan ke startup Series A, yakni platform software as a service (SaaS) iSeller yang bergerak di jasa aplikasi pembukuan kas dan kasir digital atau point of sales, dengan nominal yang tidak disebutkan.

Senada, Kejora-SBI Orbit atau 'Orbit Fund' yang memiliki perspektif bahwa perusahaan rintisan 'angkatan pandemi' harus memiliki tujuan atau tengah berusaha membangun sebuah bisnis yang punya dampak dan punya nilai.

Sekadar informasi, perusahaan joint venture antara Kejora Capital Management Pte. Ltd. dan perusahaan layanan finansial asal Jepang SBI Holdings ini memang sejak awal berkomitmen hanya berinvestasi ke perusahaan rintisan tahap awal asli Indonesia.

VP Investment Kejora-SBI Orbit Richie Wirjan menjelaskan pihaknya mengincar perusahaan rintisan yang memiliki inisiatif baru dalam menghadapi berbagai masalah di era pandemi ini atau startup yang inovasinya masih relevan dalam jangka panjang.

Richie mencontohkan salah satu portofolio Orbit Fund yang bergerak di bidang energi hijau bertajuk SWAP (swap.id), tepatnya bergerak dalam jasa tukar baterai motor listrik. SWAP besutan PT Swap Energi Indonesia telah menjadi distributor motor listrik dengan brand Smoot, di mana sistem 'isi bensin' Smoot lewat pertukaran baterai secara instan sudah tersedia di 100 titik SWAP di Jakarta, dan hanya perlu memakan waktu 9 detik.

"Ini membuktikan bahwa di era pandemi, kami bukan cuma berinvestasi ke sektor yang pandemic proof, yang katakanlah, ketika ada wabah atau keadaan darurat lagi, mereka tetap jalan. Memang itu jadi salah satu [incaran], tapi MV juga harus melihat ada teknologi yang dipercaya dan perlu didukung dari sekarang, terutama karena relevan buat jangka panjang dan  menjanjikan, serta membawa dampak yang besar buat negara ini," jelasnya.

Richie menjelaskan lebih lanjut bahwa Orbit Fund masih akan terus mengakomodasi perusahaan rintisan di tahap Seed Stage sampai Series A selama era pandemi ini, juga karena melihat potensi integrasi mereka dengan perusahan rintisan dalam portofolio Kejora. Lewat strategi yang disebutnya hands-on approach ini, scale-up buat perusahaan rintisan baru bisa lebih optimal karena Orbit Fund terlibat dalam mengakomodasi mereka ke dalam satu ekosistem.

"Jadi bukan cuma kasih uang kemudian tinggal tunggu laporan keuangan mereka naik atau tidak. Kita akan kenalkan perusahan rintisan potensial ke ekosistem yang cocok dari portofolio Kejora, yang sekarang ini sekitar 30-40 perusahaan. Semangat kita tetap membangun mereka dan dengan begini proses investasi itu jadi makin seru," ungkapnya.

Sekadar informasi, berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) terhadap 61 modal ventura asal Indonesia, kegiatan penyertaan modal kepada perusahaan pasangan usaha (PPU) yang kebanyakan berupa perusahaan rintisan per Mei 2021 mencapai Rp4,89 triliun, meningkat dibandingkan Mei 2020 di angka Rp2,47 triliun.

Adapun, berdasarkan laporan DSinnovative Startup Report 2020, transaksi pendanaan oleh modal ventura lokal maupun internasional kepada perusahaan rintisan asal Indonesia selama 2020 mencapai 113 transaksi. Sebanyak 50 transaksi di antaranya memiliki nilai mencapai US$3,3 miliar, naik dari disclosed funding pada 2019 yang mencatatkan US$2,96 miliar.

Dari total transaksi tersebut, satu masih berada di tahap pre-seed. Mayoritas yaitu 47 di antaranya di tahap seed funding, kemudian 10 pendanaan Pre-Series A, 24 pendanaan Series A, sisanya lain-lain seperti debt fund, corporate round, atau startup dalam tahap lanjut. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Aziz Rahardyan
Editor : Ropesta Sitorus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper