Bisnis.com, JAKARTA - PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) melihat geliat penerbitan surat utang dari lembaga pembiayaan masih belum pulih sepanjang 2021, sebagai dampak melimpahnya fasilitas pendanaan dari perbankan.
Analis Divisi Pemeringkatan Jasa Keuangan (Fi Ratings) Pefindo Danan Dito menjelaskan bahwa kondisi industri yang terdiri dari multifinance swasta, lembaga pembiayaan khusus, dan perusahaan pembiayaan pelat merah ini sebenarnya masih positif.
Hal ini tercermin dari rating dan outlook mereka yang mampu bertahan dari penurunan, karena performa keuangan yang terbilang telah pulih dari pandemi 'Jilid I' sepanjang 2020 dan lonjakan pandemi 'Jilid II' yang berlangsung di kisaran kuartal II/2021.
Namun demikian, minimnya realisasi penerbitan surat utang baru dilihat dari potensi refinancing obligasi atau sukuk lama yang jatuh tempo, mengindikasikan bahwa pendanaan lewat pasar modal masih belum menjadi prioritas.
"Perusahaan yang sudah biasa masuk pasar [obligasi/sukuk] biasanya juga sudah memiliki fasilitas dari perbankan yang belum terpakai. Situasi yang masih fluktuatif dan appetite yang masih jangka pendek, ini membuat geliat untuk masuk pasar belum dimulai. Masih pakai fasilitas yang ada dulu," ujarnya dalam diskusi virtual, Senin (18/10/2021).
Sepanjang 2021, Pefindo mencatat akan ada Rp20 triliun - Rp25 triliun surat utang dari rumpun lembaga pembiayaan yang jatuh tempo. Namun, kemungkinan mereka untuk masuk pasar kembali berkaitan refinancing di tahun ini masih dinamis. Pefindo memperkirakan strategi pendanaan lewat penerbitan surat utang baru akan difokuskan pada 2022.
Baca Juga
Adapun, bagi lembaga pembiayaan pelat merah atau BUMN, kebanyakan telah mendapatkan sentimen positif dari sisi pendanaan akibat strategi dari pemerintah, contohnya lewat pemberian modal negara dari APBN, atau aksi korporasi seperti bergabungnya Permodalan Nasional Madani (PMN) ke Holding Ultra Mikro.
"Selain itu, kalau untuk fokus jangka pendek, bank loan itu dari sisi administrasi lebih cepat dan fleksibel, ya. Setau saya ini memang kerap jadi pertimbangan para penerbit. Akhirnya, memang terbagi, ada penerbit yang memilih tetap diverifikasi [pendanaan] lewat pasar modal, ada juga yang menunda dulu," jelasnya.
Sekadar informasi, sampai semester I/2021, porsi penerbitan dari multifinance mencapai Rp8,58 triliun, industri pembiayaan Rp7,11 triliun, sementara lembaga pembiayaan khusus Rp2 triliun.
Terkini, sepanjang kuartal III/2021, porsi penerbitan dari multifinance bertambah Rp5,62 triliun, industri pembiayaan bertambah Rp2 triliun, sementara lembaga pembiayaan khusus bertambah Rp1,3 triliun.
"Sentimen untuk multifinance dari sisi peningkatan penjualan otomotif dan harga komoditas yang nantinya terkait heavy equipment memang ada, tapi dari sana belum tentu banyak masuk ke piutang [pembiayaan] para pelaku. Sehingga kebutuhan pendanaan periode ini mungkin sedikit tertunda, apalagi karena lonjakan kasus Covid-19 kemarin," tambahnya.
Turut hadir, Head of Division Corporate Rating Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) Niken Indriarsih mengungkap total mandat penerbitan surat utang yang diterima Pefindo pada kuartal IV/2021 mencapai Rp28 triliun.
Terkhusus mandat dari rumpun pembiayaan, 3 perusahaan multifinance berniat menggelar emisi obligasi senilai Rp5,8 triliun. Adapun, satu lembaga pembiayaan berminat menerbitkan Rp2 triliun dan satu lembaga keuangan khusus berniat menggelar penerbitan senilai Rp1,3 triliun.