Bisnis.com, JAKARTA - Saham PT Allo Bank Indonesia Tbk. (BBHI) melonjak pasca perseroan merilis prospektus rights issue sebesar Rp4,8 triliun dan hadirnya investor strategis.
Berdasarkan RTI pada pukul 11.30, saham BBHI pada perdagangan sesi I Kamis (21/10/2021) melonjak 24,74 persen ke level Rp6.025 per saham. Ini pun menjadikan harga tertinggi BBHI sepanjang masa saham sejak melantai di bursa pada Agustus 2015.
Rencana rights issue telah direstui oleh Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) perusahaan yang digelar Jumat pekan lalu (15/10/2021).
Bank yang sebelumnya bernama Bank Harda Internasional ini akan menerbitkan saham baru dengan hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) sebanyak 10,04 miliar atau 46,24 persen dari modal ditempatkan dan disetor penuh dengan nominal Rp100 per saham.
Berdasarkan prospektus Allo Bank dikutip pada Kamis (21/10/2021), pemegang saham pengendali yakni Mega Corpora milik taipan Chairul Tanjung menyatakan hanya akan mengeksekusi 2,71 miliar saham atau sekitar 30 persen dari seluruh HMETD miliknya.
Hal itu sesuai dengan surat pernyataan pada 19 Oktober 2021. "Mega Corpora akan mengalihkan HMETD sisanya kepada beberapa investor," tulis direksi dalam keterbukaan BEI.
PT Mega Corpora akan mengalihkan HMETD sisanya kepada beberapa investor strategis. Namun, belum diungkapkan siapa investor strategis baru yang akan masuk ke Bank Allo.
Dengan asumsi semua pemegang saham dan investor strategis mendapat pengalihan HMETD dari pemegang saham utama, maka kepemilikan Mega Corpora di BBHI menjadi 60,8 persen pasca rights issue. Adapun porsi investor strategis akan sebesar 29,13 persen dan masyarakat 9,96 persen, dan Ali Gunawan (komisaris) 0,04 persen.
Adapun, dengan asumsi hanya Mega Corpora dan investor strategis yang mendapatkan pengalihan HMETD dari pemegang saham utama, maka porsi Mega Corpora menjadi 65,49 persen. Adapun investor strategis menjadi 29,13 persen, masyarakat 5,36 persen, dan Ali Gunawan (komisaris) 0,02 persen.
Bank Allo akan menggunakan dana hasil rights issue untuk memperkuat struktur permodalan dalam rangka meningkatkan modal inti perseroan menjadi KBMI (kelompok bank modal inti) 2 dengan modal inti Rp6 triliun-Rp 14 triliun.
Selanjutnya, dana tersebut akan digunakan untuk pengembangan usaha termasuk mengembangkan kegiatan usaha dalam bidang kredit dengan inovasi teknologi atau yang dikenal dengan bank digital.