Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bibit.id Dorong Inklusi Keuangan Lewat Edukasi dan Literasi

Bibit.id mendorong inklusi keuangan yang merupakan salah satu indikator penting dalam upaya pemerataan ekonomi nasional.
Lead PR & Communication Bibit.id William saat webinar Waspada Investasi Bodong dan Tips Aman Berinvestasi menyambut Bulan Inklusi Keuangan./ Dok. Bibit.id
Lead PR & Communication Bibit.id William saat webinar Waspada Investasi Bodong dan Tips Aman Berinvestasi menyambut Bulan Inklusi Keuangan./ Dok. Bibit.id

Bisnis.com, JAKARTA - Bibit.id berupaya mendukung inklusi keuangan melalui berbagai program edukasi dan literasi kepada masyarakat investor pemula agar tercipta ekosistem ekonomi digital yang bertanggung jawab.

Lead PR & Communication Bibit.id William mengatakan inklusi keuangan merupakan salah satu indikator penting dalam upaya pemerataan ekonomi nasional dan peningkatan kesejahteraan masyarakat secara umum. Namun, pada kenyataannya tingkat literasi keuangan di Indonesia masih menjadi pekerjaan rumah yang belum selesai.

Dia mengapresiasi langkah Satgas Waspada Investasi OJK dalam merespons laporan-laporan masyarakat terkait dengan investasi bodong.

“Melalui berbagai program edukasi dan literasi, kami terus mengingatkan para pengguna dan masyarakat umum, terutama mereka yang masih tergolong pemula dan belum sepenuhnya memahami seluk-beluk investasi, untuk menjadi pengguna yang cerdas, bijaksana dan logis dalam mengambil keputusan," kata William dalam siaran pers, Senin (8/11/2021).

Dia menuturkan Bibit.id berkomitmen untuk membuat investasi reksa dana jadi mudah, murah dan terbuka bagi seluruh lapisan masyarakat. Adapun, platform investasi reksa dana ini merupakan penyedia layanan yang berizin dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

Sebelumnya, Bibit.id menyelenggarakan webinar edukasi bagi publik bertajuk “Waspada Investasi Bodong dan Tips Aman Berinvestasi” menyambut Bulan Inklusi Keuangan pada Oktober 2021.

Sekretariat Satgas Waspada Investasi OJK Irhamsah menilai tingkat literasi keuangan masyarakat Indonesia masih berada di bawah 40 persen. Rendahnya literasi keuangan dapat menyebabkan berbagai kerugian finansial dan menjadi pintu masuk bagi para pelaku investasi ilegal atau yang lebih dikenal dengan istilah investasi bodong.

Menurut data OJK, praktik-praktik investasi bodong telah merugikan masyarakat Indonesia hingga Rp117,4 triliun dalam kurun waktu 10 tahun terakhir. Angka ini lebih besar dari APBD DKI Jakarta pada 2021 (Rp84,19 triliun) dan hampir 12 kali lipat dari anggaran penyelenggaraan Pekan Olahraga Nasional (PON) XX Papua 2021 (Rp10,43 triliun).

“Upaya edukasi dapat menjadi strategi preventif agar masyarakat tidak mudah terjerat modus-modus investasi bodong yang menjanjikan keuntungan tidak wajar dalam waktu singkat, mengiming-imingi bonus untuk merekrut peserta, meniru atau mengatasnamakan penyedia layanan resmi untuk mengelabui masyarakat, serta menyediakan klaim tanpa risiko,” kata Irhamsah.

Selain itu, lanjutnya, masyarakat juga harus cermat dalam memastikan kredibilitas dan legalitas dari penyedia layanan investasi yang ditawarkan dan jangan mudah tergiur karena seringkali penyedia layanan ilegal tersebut menggunakan tokoh masyarakat sebagai bagian promosi.

OJK terus mengimbau masyarakat yang menjumpai penyedia layanan investasi bodong agar segera melaporkan kepada layanan pengaduan Satgas Waspada Investasi, serta mewajibkan seluruh perusahaan yang belum terdaftar untuk mendapatkan izin dari instansi atau otoritas terkait.

Di sisi lain, Dosen Fakultas Ekonomi Bisnis Universitas Gadjah Mada John E. Junarsin menjelaskan bahwa kesadaran untuk berinvestasi merupakan faktor yang penting agar masyarakat dapat memiliki masa depan keuangan yang lebih baik. Penting bagi masyarakat untuk memastikan legalitas penyedia layanan investasi yang diikuti guna menghindari penipuan serta terjadinya kerugian finansial.

“Banyak yang memimpikan financial freedom secepat mungkin, namun pada kenyataannya dapat kita lihat bahwa masih banyak yang menunda masa pensiun mereka, bahkan tidak sedikit yang terpaksa kembali bekerja. Salah satu penyebab terbesarnya adalah telat atau bahkan tidak pernah sama sekali menabung dan berinvestasi,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper