Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Lonjakan Harga Komoditas Picu Surplus Transaksi Berjalan Kuartal III/2021

Adanya kenaikan harga komoditas, utamanya seperti batu bara dan CPO, memicu terjadinya ledakan komoditas yang menguntungkan Indonesia sebagai salah satu eksportir terbesar.
Kegiatan bongkar muat batu bara di area pertambangan PT Mitrabara Adiperdana Tbk./mitrabara
Kegiatan bongkar muat batu bara di area pertambangan PT Mitrabara Adiperdana Tbk./mitrabara

Bisnis.com, JAKARTA - Kenaikan harga komoditas pada taraf global dinilai menjadi berkah bagi neraca transaksi berjalan Indonesia.

Pada kuartal III/2021, Bank Indonesia (BI) mencatat adanya surplus sebesar US$4,5 miliar atau mencapai 1,5 persen terhadap PDB.

Pada periode sebelumnya, transaksi berjalan bahkan mengalami defisit sebesar US%2,0 miliar atau 0,7 persen terhadap PDB.

Kepala Ekonom BCA David Sumual mengatakan surplus transaksi berjalan ini juga berkontribusi pada neraca pembayaran Indonesia (NPI), yang mencatat surplus pada periode yang sama sebesar US$10,7 miliar.

"Itu salah satunya penyumbang utama dari neraca transaksi berjalan yang surplus. Kuartal sebelumnya itu defisit, dan [kenaikan] ini yang juga mendorong cadangan devisa kita US$145,5 miliar," jelas David kepada Bisnis, Jumat (19/11/2021).

Adanya kenaikan harga komoditas, utamanya seperti batu bara dan CPO, memicu terjadinya ledakan komoditas yang menguntungkan Indonesia sebagai salah satu eksportir terbesar.

David lalu menyebut puncak lonjakan harga batu bara sudah terjadi pada Oktober lalu, dan akan ada sedikit penurunan. Namun, hal ini tidak akan menghentikan potensi Indonesia untuk kembali mencatatkan untung pada kuartal IV/2021.

Secara keseluruhan tahun, David memproyeksikan neraca dagang akan mengalami surplus kecil, sekitar 0,1 persen terhadap PDB. Dia mengakui capaian surplus neraca dagang Oktober 2021 cukup mengejutkan, yaitu sebesar US$5,74 miliar.

"Ini bisa 20 bulan kita ini surplus terus neraca dagangnya. Ibaratnya ini seperti durian runtuh. Tiba-tiba banyak negara mengalami krisis energi karena kesalahan kebijakan sejalan dengan kembali dibukanya ekonomi," tuturnya.

Ke depan, David memperkirakan transaksi berjalan Indonesia bisa mencetak surplus di keseluruhan tahun.

Akan tetapi, untuk neraca pembayaran, surplus akan sangat bergantung terhadap sejumlah faktor seperti transaksi finansial dan transaksi berjalan. David melihat ada tren penurunan pada transaksi finansial, meskipun terjadi tren peningkatan pada transaksi berjalan.

"Tapi kalau saya lihat, jika financial account-nya bisa positif, pasti akan surplus BoP kita [balance of payment/neraca pembayaran," tutupnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dany Saputra
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper