Bisnis.com, JAKARTA – Pandemi Covid-19 masih menyisakan tantangan bagi pemulihan ekonomi global maupun domestik, terutama dengan munculnya varian-varian baru.
Kendati demikian, Direktur Departemen Kebijakan Sistem Pembayaran Bank Indonesia, Retno Ponco Windarti mengatakan bahwa pandemi menjadi pendorong digitalisasi. Pasalnya, kebutuhan bertransaksi tanpa tatap muka sebagai akibat dan juga jawaban dari pemberlakuan pembatasan mobilitas selama pandemi Covid-19.
Retno menuturkan bahwa kondisi seperti ini telah mendorong munculnya pemain-pemain baru, terutama di sistem pembayaran. Selain itu, juga mendorong penguatan inovasi digital, terutama yang bersifat front-end, yakni hal-hal yang langsung berhubungan dengan pelanggan, seperti mobile apps dan online apps.
Tak hanya itu, pembatasan mobilitas juga mendorong perluasan integrasi ekosistem ekonomi keuangan digital, baik secara vertikal maupun horizontal.
“Dari sisi pembayaran, aktivitas pelaku pembayaran masyarakat, khususnya pada kanal maupun instrumen pembayaran ritel berbasis digital menunjukkan pertumbuhan yang signifikan dan didorong oleh akseptasi pembayaran digital dan perluasan merchant,” kata Retno dalam webinar The Finance, Senin (29/11/2021).
Retno melanjutkan bahwa peningkatan sistem pembayaran ritel terutama didukung melalui kanal QRIS, digital payment bank, serta instrumen uang elektronik (UE).
Baca Juga
Dalam satu tahun terakhir, pemanfaatan QRIS sebagai kanal pembayaran telah tumbuh 163,5 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) atau senilai Rp2,13 triliun.
Pertumbuhan sistem pembayaran QRIS ini seiring dengan akseptasi merchant yang telah mencapai 12,7 juta pada November 2021. Retno mengungkapkan, pencapaian tersebut lebih tinggi dari target BI, yakni sebesar 12 juta hingga akhir Desember.
“Kami tentu saja sangat mengapresiasi seluruh pihak yang terlibat dan berkolaborasi dalam mendorong pencapaian merchant QRIS 12 juta ini,” ujarnya.
Berikutnya, digital payment melalui perbankan juga tumbuh cukup tinggi, yakni 60,25 persen yoy atau Rp3.469 triliun.
“Hal ini menunjukkan transformasi digital di perbankan juga terus melaju dengan pesat, terutama didorong dengan inovasi mobile apps yang semakin customer services,” imbuhnya.
Secara rinci, dalam sistem pembayaran digital payment tersebut meliputi mobile banking sebesar Rp693 triliun, internet banking sebesar Rp2.775 triliun, dan phone banking sebesar Rp0,12 triliun.
Uang elektronik juga tumbuh tinggi, yakni 43,6 persen secara yoy atau Rp24,75 triliun. Pertumbuhan ini terutama didorong oleh uang elektronik yang bersifat server based sebesar Rp22,7 triliun dan diikuti dengan chip based sebesar Rp2,06 triliun.
Adapun transaksi lain yang mengalami pertumbuhan, seperti Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI) tumbuh 22,3 persen yoy atau Rp401,73 triliun.
Lalu, BI-RTGS tumbuh 9,02 persen yoy sebesar Rp15.596 triliun. Sementara itu, APMK tumbuh paling sedikit, yakni 6,9 persen atau sebesar Rp632,97 triliun.