Bisnis.com, JAKARTA - PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) memberikan peringkat idA- untuk PT Suzuki Finance Indonesia (SUFI). Prospek untuk peringkat perusahaan adalah stabil.
Analis Pefindo Adrian Noer dan Handhayu Kusumowinahyu mengatakan obligor dengan peringkat idA memiliki kemampuan yang kuat dibandingkan obligor Indonesia lainnya untuk memenuhi komitmen keuangan jangka panjangnya.
"Walaupun demikian, kemampuan obligor mungkin akan mudah terpengaruh oleh perubahan buruk keadaan dan kondisi ekonomi dibandingkan obligor dengan peringkat lebih tinggi," jelas Adrian Noer dan Handhayu Kusumowinahyu melalui siaran pers, dikutip Sabtu (4/12/2021).
Adapun, tanda kurang (-) menunjukkan bahwa peringkat yang diberikan relatif lemah dan di bawah rata-rata kategori yang bersangkutan.
"Peringkat mencerminkan status SUFI sebagai anak perusahaan strategis dari Suzuki Motor Corporation (SMC atau Induk), permodalan yang di atas rata-rata, dan likuiditas dan fleksibilitas keuangan yang kuat. Namun, peringkat dibatasi oleh profitabilitas yang sangat lemah dan kualitas aset yang lemah," jelas kedua analis.
Peringkat dapat dinaikkan jika SUFI secara signifikan dan konsisten memperkuat posisi pasarnya di industri pembiayaan, yang dapat didorong oleh adanya sinergi yang lebih kuat dengan induk, sementara secara simultan terus memperbaiki performa keuangan, terutama kualitas aset dan profitabilitas.
Sebaliknya, peringkat dapat diturunkan jika kualitas aset dan profitabilitas menunjukkan pemburukan lebih lanjut. Peringkat dapat juga diturunkan jika permodalan perusahaan menurun secara signifikan.
Berdiri pada Januari 2005, SUFI awalnya bergerak di bidang jasa pembiayaan sepeda motor baru Suzuki. Pada2019, SUFI mulai membiayai mobil baru merek Suzuki, dan motor bekas merek non-Suzuki.
Per 30 September 2021, perusahaan mengoperasikan 48 cabang yang mencakup kota-kota besar di Jawa, Bali, Sumatra, Kalimantan, dan Sulawesi, didukung oleh 1.735 karyawan. Adapun, pemegang saham SUFI pada akhir September 2021 adalah Suzuki Motor Corporation (84 persen), PT Tritunggal Inti Permata (15 persen), dan PT Indomobil Multi Jasa (1 persen).