Bisnis.com, JAKARTA - Sejumlah emiten perbankan mencatatkan peningkatan harga saham secara signifikan sepanjang 2021. Kenaikan ini didorong oleh sejumlah sentimen, salah satunya aksi korporasi penambahan modal hingga akuisisi.
Berdasarkan data Bisnis Indonesia Resources Center (BIRC), sebanyak 24 dari 47 emiten bank yang melantai di bursa mampu membukukan pertumbuhan harga saham ke level positif.
Sepanjang 2021, kenaikan harga saham paling tinggi direngkuh oleh PT Bank Harda Internasional Tbk. yang kini beralih nama menjadi PT Allo Bank Tbk. (BBHI). Allo Bank merupakan bagian dari kelompok bisnis CT Corp.
Allo Bank tercatat mengalami pertumbuhan sebesar 1.568,63 persen secara tahunan (yoy). Pada 30 Desember 2020, harga saham perseroan tercatat Rp424, sementara pada akhir tahun 2021 menjadi Rp7.075 per lembar saham.
Performa ciamik ini tidak terlepas dari sejumlah sentimen positif, misalnya, rencana penambahan modal dengan hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD).
Perseroan diketahui berencana menerbitkan HMETD sebanyak 10,05 miliar saham biasa dengan nominal Rp100 per saham dengan harga pelaksanaan Rp478 per saham.
Baca Juga
Meski belum ada pengumuman pembeli siaga, manajemen BBHI optimistis bahwa dana yang mereka tetapkan tercapai. Apalagi, rights issue ini juga berpotensi menjadi pintu masuk bagi investor strategis baru, kendati perseroan masih irit bicara soal investor baru tersebut.
Isu segera hadirnya investor strategis belakangan memang berembus kencang. Ini seiring keputusan Chairul Tanjung melalui perusahaan induk PT Mega Corpora, untuk tidak menyerap seluruh hak saham barunya pada rights issue mendatang.
Mengacu prospektus sementara pada bulan lalu, Mega Corpora berencana menyerap sekitar 2,71 miliar lembar saham. Jumlah ini setara 30 persen dari keseluruhan hak saham rights issue milik PT Mega Corpora, yang mencapai sekitar 9,04 miliar lembar.
Keputusan tersebut bakal membuat porsi saham PT Mega Corpora di BBHI mengalami dilusi hampir 30 persen pasca-rights issue atau tepatnya dari 90 persen menjadi kisaran 60,87 persen.
Selain BBHI, PT Bank Neo Commerce Tbk. (BBYB) juga menjadi emiten yang paling cuan sepanjang 2021. Bisnis mencatat saham Bank Neo naik 782,55 persen yoy, atau dari Rp298 lembar per saham pada 30 Desember 2020 menjadi Rp2.630.
Kenaikan ini dipengaruhi oleh sentimen bank digital yang diusung oleh perseroan. Direktur Utama Bank Neo Commerce, Tjandra Gunawan menargetkan BBYB menjadi bank digital terdepan di Indonesia, dengan menjadi top 5 bank digital secara top of mind.
Dia menyebutkan salah satu upaya yang dilakukan adalah melalui sinergi ekosistem yang kuat, dalam hal ini BNC bekerja sama dengan PT Akulaku Silvrr Indonesia.
Menurutnya, menjadi bagian dari Akulaku merupakan suatu modal untuk bisa membukukan profit dan memaksimalkan dana yang ada untuk disalurkan ke aset yang produktif. Sebagaimana diketahui, Akulaku Silvrr Indonesia saat ini menjadi pemegang saham terbesar Bank Neo.
Berikut 10 emiten perbankan paling cuan sepanjang 2021:
No | Emiten | Pertumbuhan (%) |
1 | PT Allo Bank Tbk. (BBHI) | 1.568,63 |
2 | PT Bank Neo Commerce Tbk. (BBYB) | 782,55 |
3 | PT Bank Bumi Arta Tbk. (BNBA) | 757,14 |
4 | PT Bank Ina Perdana Tbk. (BINA) | 452,17 |
5 | PT Bank Bisnis Internasional Tbk. (BBSI) | 418,07 |
6 | PT Bank Maspion Indonesia Tbk. (BMAS) | 302,33 |
7 | PT Bank Jago Indonesia Tbk. (ARTO) | 272,09 |
8 | PT Bank MNC Internasional Tbk. (BABP) | 272 |
9 | PT Bank Ganesha Tbk. (BGTG) | 229,73 |
10 | PT Artha Graha Internasional Tbk. (INPC) | 84,06 |