Bisnis.com, JAKARTA – Laporan firma konsultasi finansial Duff & Phelps, a Kroll Business, menggambarkan ramainya geliat investasi di Indonesia dari semua sisi yang didorong oleh para unikorn.
Hal tersebut mulai dari aksi merger & akuisisi (M&A), penyertaan saham privat & transaksi modal ventura (PEVC), maupun penawaran umum perdana (IPO).
Laporan bertajuk Transaction Trail Report 2021 menangkap gambaran kesepakatan pendanaan dan investasi di Singapura, Malaysia, dan Indonesia sampai akhir November 2021. Indonesia tampak mencolok dari sisi tumbuh pesatnya nominal M&A, serta IPO jumbo dari dua perusahaan.
Terkait kesepakatan M&A, Indonesia mencatatkan transaksi sejumlah 120 kesepakatan, dengan kisaran nilai US$31,03 miliar. Angka ini jauh di atas periode 2020 yang hanya 62 kesepakatan senilai US$9,7 miliar.
Selain itu, Indonesia disorot karena nominal kesepakatan M&A terbesar justru datang dari perusahaan rintisan lokal bervaluasi unikorn, yaitu merger Gojek (PT Aplikasi Karya Anak Bangsa) dengan Tokopedia menjadi GoTo dengan nominal transaksi senilai US$18 miliar.
Transaksi yang masuk urutan tiga besar lain dicatatkan sektor telekomunikasi. Tepatnya, merger Indosat dengan Tri senilai US$6 miliar, disusul akuisisi PT Profesional Telekomunikasi Indonesia alias Protelindo, anak usaha PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR) ke PT Solusi Tunas Pratama Tbk. (SUPR) senilai US$1,17 miliar.
Baca Juga
Laporan mencatat transaksi M&A domestik sejumlah 46 deals dengan nilai US$18,3 miliar menghiasi 87 persen dari total nominal transaksi di Tanah Air. Adapun, secara sektoral, teknologi mendominasi hingga 60 persen, disusul telekomunikasi 28 persen, serta BFSI alias bank, layanan finansial, dan asuransi mengambil porsi 4 persen.
Beralih ke aktivitas PEVC, laporan mencatat Indonesia juga mencatatkan rekor baru sejak lima tahun terakhir, yaitu mencapai 111 deals dengan nilai US$6,36 miliar. Sebagai gambaran pada 2020, transaksi PEVC di Tanah Air hanya 74 deals senilai US$3,35 miliar.
Ramainya aktivitas PEVC di Indonesia memang kalah jauh dibandingkan Singapura. Tetapi, apabila dilihat dari nominal transaksi terbesar, suntikan ke dua startup Indonesia, yaitu J&T Express (US$1,8 miliar) dan GoTo (US$1,3 miliar) tepat menempel di bawah Grab (US$4,04 miliar).
Adapun, dari sisi unikorn baru yang menghiasi kawasan Asia Tenggara (Asean) selama 2021, laporan memunculkan J&T Express sebagai unikorn baru perwakilan Indonesia dengan valuasi paling jumbo se-Asean senilai US$7,8 miliar.
Ada juga brand bayar tunda atau paylater Kredivo dengan valuasi setara US$2,5 miliar, serta rombongan startup bervaluasi di kisaran US$1 miliar antara lain Blibli, Tiket.com, Xendit, dan Ajaib.
Beberapa platform inilah yang meramaikan jajaran unikorn di Indonesia lain, seperti Gojek-Tokopedia yang sama-sama menjadi unikorn paling senior, Traveloka sejak 2017, Bukalapak sejak 2018, OVO sejak 2019. Sayangnya, laporan tidak turut menyebutkan OnlinePajak yang juga dipercaya telah menembus valuasi unikorn.
Terakhir, laporan menyoroti IPO Bukalapak dan Mitratel sebagai pendorong pertumbuhan transaksi IPO Indonesia secara umum hingga tembus US$3,83 miliar dari 51 perusahaan. Melesat jauh dibandingkan tahun sebelumnya di US$397 juta dari 48 perusahaan.