Bisnis.com, JAKARTA - Nilai mata uang merupakan indikator terbesar ekonomi suatu negara, kondisi ekonomi, investasi asing, dan nilai tukar. Simak daftar 10 mata uang terendah di dunia saat ini atau per Februrari 2022.
Setiap negara di dunia memiliki mata uang dan nilai tukar atau konversinya yang berbeda. Ada mata uang dengan konversi tertinggi hingga terendah. Lantas, negara mana saja yang menduduki daftar mata uang terendah di dunia?
Melansir dari Fxssi pada Selasa (8/2/2022), berikut daftar 10 mata uang yang paling rendah di dunia. Rupiah urutan berapa?
10. Peso Kolombia
Kode mata uang – COP
Kurs Peso Kolombia:
1 USD = 3.947 COP (Dolar AS ke Peso Kolombia)
1 EUR = 4.519 COP (Euro ke peso Kolombia)
Peso Kolombia adalah mata uang nasional Republik Kolombia. 1 COP sama dengan 100 centavos. Namun, karena inflasi, centavos sekarang tidak lagi beredar.
Mata uang ini pertama kali diperkenalkan pada 1810 saat pecahnya Perang Kemerdekaan Kolombia dari Spanyol untuk menggantikan Real Spanyol yang beredar hingga saat itu.
Di berbagai waktu, Peso Kolombia telah dipatok ke Franc Prancis, Pound Sterling Inggris, dan Dolar AS. Devaluasi telah meningkat secara dramatis sejak 1980, ketika 1 USD setara dengan 50 COP. Sampai hari ini, peso Kolombia telah mendevaluasi sekitar 3.000 kali sejak dirilis.
9. Riel Kamboja
Kode mata uang – KHR
Kurs Riel Kamboja:
1 USD = 4.063 KHR (Dolar AS ke Riel Kamboja)
1 EUR = 4.652 KHR (Euro ke Riel Kamboja)
Unit moneter ini dikeluarkan pada 1995 untuk menggantikan Piaster Indocina. Awalnya, Riel memiliki nilai tukar yang rendah dan tidak populer di kalangan penduduk setempat yang memutuskan untuk menggunakan mata uang asing.
Banyak orang Kamboja lebih suka menggunakan dolar AS untuk pembayaran sekarang, yang menyebabkan mata uang lokal semakin mendevaluasi.
8. Guarani Paraguayan
Kode mata uang – PYG
Kurs Guarani Paraguay:
1 USD = 7.004 PYG (Dolar AS ke Guarani Paraguay)
1 EUR = 8.019 PYG (Euro ke Guarani Paraguay)
Paraguay adalah negara bagian AS termiskin kedua. Negara ini mengalami kemerosotan ekonomi yang menghancurkan, menggabungkan inflasi, korupsi, kualitas pendidikan yang rendah, sejumlah besar orang miskin, pengangguran yang tinggi, dan sebagainya. Paraguay mengekspor kapas dan kedelai, tetapi ini hampir tidak cukup untuk menutupi kebutuhan ekonominya.