Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bisnis Kredit Kendaraan Kebanjiran Sentimen Positif

Pelaku usaha leasing optimistis sektor otomotif masih akan melanjutkan tren pemulihan di tengah gejolak kondisi perekonomian global, sehingga kredit kendaraan pun masih dalam proyeksi positif.
Multifinance/Istimewa
Multifinance/Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA – Pelaku usaha industri pembiayaan (multifinance/leasing) optimistis prospek kredit kendaraan bermotor masih menarik, di tengah potensi pelemahan daya beli masyarakat, terutama akibat dampak gejolak perekonomian global.

Ketua Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI) Suwandi Wiratno mengungkap sejumlah sentimen negatif masih membayangi perekonomian Indonesia. Sentimen itu di antaranya, pandemi Covid-19 yang belum usai, konflik geopolitik antara Ukraina dan Rusia hingga ancaman lonjakan inflasi.

Menurutnya, kendati beberapa kondisi tersebut berpotensi menyebabkan daya beli masyarakat menurun, menurutnya tren pemulihan di sektor otomotif masih tetap bertahan, termasuk bagi leasing sebagai salah satu industri penopang.

"Kami tetap mendengarkan proyeksi para ekonom, dan tentu berharap berbagai tekanan eksternal tersebut segera mereda. Tapi sampai saat ini, berdasarkan yang kami dengar, justru sentimen positif lebih dominan, terutama buat kredit kendaraan. Sehingga proyeksi APPI terkait proyeksi outstanding masih tetap sama," ujarnya kepada Bisnis, Minggu (13/3/2022).

Sebagai informasi, APPI mematok target konservatif tumbuh 6-8 persen (year-on-year/yoy) buat total piutang pembiayaan bersih industri pada tutup buku 2022 nanti. Adapun, proyeksi paling optimistis disesuaikan dengan target Otoritas Jasa Keuangan (OJK), yaitu tumbuh 12 persen (yoy).

Adapun, total piutang pembiayaan bersih industri leasing per Januari 2022 senilai Rp367,11 triliun tercatat telah tumbuh 0,37 persen (yoy) dan tercatat terus membaik sejak titik terendahnya selama dua tahun belakangan, tepatnya pada Agustus 2021 senilai Rp358,78 triliun.

Sementara itu, dari outstanding kotor industri senilai Rp390,74 triliun, objek mobil baru sebagai penyumbang terbesar telah naik 2,1 persen (yoy) ke Rp112,99 triliun. Outstanding motor baru sebagai kontributor terbesar kedua pun naik tipis 0,4 persen (yoy) ke Rp64,97 triliun.

"Patokan kami kenapa masih optimistis, terutama juga karena kondisi usaha dan pendapatan para debitur atau calon debitur itu sudah lebih stabil dari masa-masa pandemi lalu. Jadi kalau mereka berada di sektor industri yang tidak terlalu terdampak tekanan eksternal, kami yakin kemauan dan kemampuan mereka untuk membeli kendaraan masih kuat," tambahnya.

Terlebih, Suwandi menjelaskan bahwa sektor otomotif masih kebanjiran sentimen positif. Pertama, masih ada kebijakan insentif pajak barang mewah (PPnBM) buat beberapa tipe mobil baru.

Oleh sebab itu, ancaman inflasi justru akan membawa sebagian debitur memilih strategi lebih cepat merealisasikan niat membeli kendaraan incarannya, sebelum kehabisan momentum 'harga miring'.

"Jadi akan ada faktor psikologis yang bermain. Sebelum harga-harga mulai naik, termasuk naiknya harga mobil, karena cost produksi juga ikut naik dan insentif PPnBM mau habis, pasti banyak segmen debitur yang justru agresif memanfaatkan kesempatan ini," jelas Suwandi.

Kedua, terkait kelangkaan komponen pembentuk kendaraan yang selama ini melanda para produsen otomotif, terutama terkait semikonduktor alias microchip, Suwandi menilai bahwa pasar Indonesia justru bisa mendapatkan berkah dari konflik geopolitik Rusia-Ukraina.

Sebab, Indonesia sebagai salah satu negara penyumbang pangsa pasar jumbo buat produsen otomotif berpeluang lebih diutamakan. Apabila kondisi rantai pasok komponen kendaraan lebih aman, leasing pun ikut ketiban berkah.

"Kelangkaan supply mobil akibat krisis komponen sebelumnya menghambat kinerja leasing, karena membuat transaksi pembiayaan tertunda. Jadi setelah melihat produsen otomotif besar mulai menghentikan ekspor ke negara konflik, siapa tahu pabrikan di Indonesia justru mendapat peluang jadi bisa meningkatkan produksinya," tutupnya.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Aziz Rahardyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper