Bisnis.com, JAKARTA - Pembiayaan untuk segmen berkelanjutan oleh perbankan diyakini tetap meningkat pada tahun ini, meski sektor pertambangan batu bara dalam kondisi ciamik.
Wakil Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Eko Listiyanto mengatakan tren pembiayaan berkelanjutan akan terus menguat ke depan.
Dia menyarankan agar perbankan di Tanah Air mengikuti tren yang sedang dikembangkan di internasional tersebut.
“Sebaiknya bank tetap ikut tren internasional di mana aspek lingkungan tetap diperhatikan. Namun, penerapan aturan-aturan tersebut perlu disesuaikan dengan kesiapan perbankan,” kata Eko, Senin (7/3).
Sementara itu, Direktur Riset Center of Reform on Economics (Core) Piter Abdullah mengatakan Indonesia sudah mencanangkan untuk meningkatkan porsi sumber energi terbarukan. Artinya, sumber energi berbasis batu bara akan dikurangi. Hanya saja, butuh waktu untuk peralihan dari batu bara ke energi terbarukan.
“Itu jelas butuh waktu yang panjang. EBT harus dibangun dahulu, baru mengurangi sumber energi fosil,” kata Piter.
Baca Juga
Adapun terkait pembiayaan di sektor pertambangan, khususnya setelah terjadi kenaikan harga batu bara, menurut Piter, kredit perbankan sudah mengalir ke sektor tersebut dengan tetap menganut prinsip kehati-kehatian.
Dia menyarankan kredit ke sektor pertambangan fokus pada kredit modal kerja yang jangka waktunya tidak terlalu panjang.
“Karena lonjakan harga batubara saat ini salah satunya disebabkan perang Rusia-Ukraina. Kita berharap perang segera usai dan harga batu bara juga segera turun,” kata Piter.
Piter menambahkan yang menentukan kenaikan kredit di sektor pertambangan bukan harga batu bara, tetapi volume produksi dan perdagangan batu bara yang membutuhkan pembiayaan modal kerja atau pembiayaan LC.
“Denga asumsi produksi dan perdagangan batu bara yang tidak banyak meningkat dibanding tahun lalu, kredit ke sektor batu bara tidak banyak mengalami peningkatan,” kata Piter.
Sekadar informasi, merujuk data harga batu bara acuan (HBA), pada Februari 2022 harga batu bara mencapai US$188,38 per metrik ton, naik 18,58 persen dari bulan sebelumnya, yang tercatat senilai US$158,50.
Harga tersebut merupakan yang tertinggi selama 3 bulan terakhir. Harga batu bara terus merangkak naik seiring dengan konflik Rusia-Ukraina yang terus memanas. Gangguan pasokan gas alam dan minyak dari Rusia, membuat penggunaan energi fosil lain, termasuk batu bara, meningkat.