Bisnis.com, JAKARTA — Melesatnya harga batu bara yang terus terjadi diperkirakan bakal membuat perbankan semakin agresif dalam menyalurkan pembiayaan ke sektor pertambangan. Meski demikian, perbankan diharapkan tetap berhati-hati dalam menyalurkan kredit ke sektor tersebut.
Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira mengatakan kredit perbankan ke sektor usaha pertambangan batu bara diperkirakan masih akan meningkat tajam.
Perbankan melihat permintaan batu bara secara global dan di dalam negeri cukup tinggi sejalan dengan konflik Rusia-Ukraina dan pemulihan permintaan ndustri maupun rumah tangga.
“Commodity bonanza ini akan dimanfaatkan bank di berbagai jenis kredit misalnya kredit investasi untuk alat berat, dan gudang penyimpanan batu bara,” kata Bhima, Senin (7/3/2022).
Selain itu, lanjutnya, kredit modal kerja untuk sektor ini juga akan naik drastis untuk kebutuhan operasional, beberapa perusahaan tambang melakukan rekrutmen karyawan secara besar-besaran dan butuh arus kas (cash flow). Di sisi yang lain kredit konsumsi di sekitar wilayah pertambangan untuk pembelian properti juga akan meningkat.
Selama harga batubara masih tinggi, menurut Bhima, perbankan akan agresif salurkan pinjaman kepada debitur existing dan debitur baru.
Baca Juga
“Perkiraan kredit investasi pertambangan naik sekitar 30-40 persen [year on year/yoy], sementara kredit modal kerja pertambangan sekitar 17-20 persen yoy,” kata Bhima.
Dia menambahkan meski kredit di sektor pertambangan akan melesat, perbankan tetapi harus memperhatikan kelancaran pembayaran perusahaan pertambangan untuk menghindari risiko kredit macet.
Seleksi calon debitur perlu diawasi karena ada perusahaan tambang yang kondisi keuangannya atau manajerialnya sudah bermasalah sebelum harga batu bara melesat.
“Ada juga yang terseret masalah hukum soal perizinan, itu juga menurunkan credit rating,” kata Bhima.
Merujuk data harga batu bara acuan (HBA) pada Februari 2022 mencapai US$188,38 per metrik ton, naik 18,58 persen dari bulan sebelumnya, yang tercatat senilai US$158,50.
Harga tersebut merupakan yang tertinggi selama 3 bulan terakhir. Harga batu bara terus merangkak naik seiring dengan konflik Rusia-Ukraina yang terus memanas.
Gangguan pasokan gas alam dan minyak dari Rusia, membuat penggunaan energi fosil lain, termasuk batu bara, meningkat.