Bisnis.com, JAKARTA — PT Bank Pan Indonesia Tbk. (PNBN) akan tetap berhati-hati dalam menyalurkan kredit ke sektor ekstraktif, kendati harga batu bara saat ini sedang melesat.
Sektor ekstraktif adalah sektor yang berhubungan dengan aktivitas pada pengelolaan sumber daya alam, mulai dari eksplorasi, pengambilan, hingga proses pengolahan. Pertambangan batu bara termasuk dalam sektor ini.
“Panin Bank selalu berhati-hati untuk pembiayaan sektor ekstraktif,” kata Direktur Utama Bank Panin Herwidayatmo kepada Bisnis, Senin (7/3/2022).
Dia menuturkan saat ini perseroan tidak memiliki eksposur yang signifikan di sektor pertambangan batu bara. Meski harga batu bara sedang tinggi, perseroan tetap akan berhati-hati dalam menyalurkan pendanaan ke sektor tersebut.
Sekadar informasi, pada kuartal III/2021 total kredit konsolidasian yang disalurkan Panin Bank diketahui sebesar Rp124,91 triliun, dengan total aset sebesar Rp199,92 triliun.
Senada, Wakil Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Eko Listiyanto mengatakan meski loan to deposit (LDR) perbankan masih longgar, yaitu di bawah 80 persen dan masih ada ruang untuk pembiayaan sektor pertambangan masih longgar, perbankan tetap harus berhati-hati dalam menyalurkan kredit.
Penyaluran kredit ke sektor pertambangan, menurutnya, juga tidak perlu jor-joran meski harga komoditas batu bara sedang naik tajam saat ini.
“Tidak perlu jor-joran juga karena booming komoditas biasanya tidak lama,” kata Eko.
Merujuk data harga batu bara acuan (HBA) pada Februari 2022 mencapai US$188,38 per metrik ton, naik 18,58 persen dari bulan sebelumnya, yang tercatat senilai US$158,50.
Harga tersebut merupakan yang tertinggi selama 3 bulan terakhir. Harga batu bara terus merangkak naik seiring dengan konflik Rusia-Ukraina yang terus memanas. Gangguan pasokan gas alam dan minyak dari Rusia, membuat penggunaan energi fosil lain, termasuk batu bara, meningkat.