Bisnis.com, JAKARTA – PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) meyakini produk manajemen kekayaan (wealth management) akan makin diminati, khususnya oleh generasi milenial. Perseroan menargetkan pencapaian yang lebih tinggi dibandingkan dengan 2021 untuk produk keuangan ini.
Diketahui, dana kelolaan wealth management BCA tumbuh 50 persen secara tahunan (yoy), dengan membukukan Rp87 triliun pada Desember 2021.
EVP Divisi Wealth Management BCA Ugahary Yovvy mengatakan penduduk Indonesia yang didominasi generasi Z dan generasi milenial saat ini telah ‘melek’ investasi. Perusahaan menghadirkan aplikasi investasi yakni Wealth Management BCA (Aplikasi WELMA) untuk memenuhi kebutuhan nasabah dalam berinvestasi.
WELMA adalah aplikasi investasi dan asuransi yang dapat digunakan kapan pun dan di manapun. Ragam instrumen yang ditawarkan melalui WELMA, antara lain reksadana, obligasi, dan asuransi.
Dia mengatakan kesadaran masyarakat yang tinggi terhadap investasi, termasuk para nasabah milenial BCA, membuat produk manajemen kekayaan perusahaan makin diminati.
“Target kami adalah melampaui pencapaian kinerja tahun lalu. Melalui WELMA, kami memberikan kemudahan dan kenyamanan bertransaksi secara luas kepada seluruh nasabah BCA,” kata Yovvy dalam siaran pers, Senin (14/3).
Yovvy mengungkapkan, jumlah investor di pasar modal selama dua tahun terakhir meningkat tiga kali lipat, yang mana 81,5 persen didominasi oleh milenial dengan usia 40 tahun ke bawah. Hal yang sama juga terjadi pada BCA, khususnya pengguna aplikasi Welma, di mana sebanyak 50 persen adalah milenial dan gen Z.
Yovvy menambahkan, saat ini instrumen investasi yang laris di kalangan investor adalah instrumen investasi dari perusahaan yang menjamin pelaksanaan ESG (Environment, Social, dan Government).
Selain mempertimbangkan return yang konsisten dan risiko, investor juga melihat tanggung jawab dan komitmen perusahaan terhadap ekonomi berkelanjutan dan lingkungan.
Yovvy memberikan tips kepada investor pemula. Menurut dia, milenial jangan cuma melihat keuntungannya ketika memutuskan untuk memilih instrumen investasi tertentu.
Imbal hasil yang tinggi cenderung berbanding lurus dengan risiko yang tinggi. Milenial juga perlu mencermati cara kerja instrumen investasi dengan memperdalam literasi.
“Jangan hanya ikut teman atau menjadi follower dari tren semata. Jangan juga meletakkan semua investasi pada satu instrumen. Jika sudah tahu risiko, siap juga untuk menerima risiko tersebut,” tambah Yovvy.