Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

RUPST Bank Jago (ARTO) 14 April 2022 Diundur, Catat Tanggal Perubahannya

Bank Jago (ARTO) menyampaikan pemegang saham yang berhak hadir atau diwakili dan memberikan suara dalam RUPST adalah yang namanya tercatat dalam daftar pemegang saham perseroan dan/ atau pemegang saham dalam rekening efek yang tercatat di PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) pada tanggal 5 April 2022 pukul 15.00 WIB.
Karyawati melayani nasabah di kantor cabang Bank Jago, Jakarta, Rabu (22/12/2021). /Bisnis-Abdurachman
Karyawati melayani nasabah di kantor cabang Bank Jago, Jakarta, Rabu (22/12/2021). /Bisnis-Abdurachman

Bisnis.com, JAKARTA — PT Bank Jago Tbk. (ARTO) mengumumkan Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) yang rencananya digelar pada 14 April 2022, diundur menjadi 28 April 2022. 

Dalam laman resminya, perusahaan dengan kode ARTO itu menyampaikan sesuai Pasal 11 ayat 25 Anggaran Dasar Perseroan dan memperhatikan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No.15/POJK.04/2020, pemanggilan RUPST selanjutnya akan diumumkan di web Bursa Efek Indonesia, web PT Kustodian Sentral Efek Indonesia dan  web perusahaan pada 6 April 2022. 

“RUPST yang menurut rencana akan diselenggarakan di Jakarta, pada 14 April 2022,  ditunda penyelenggaraannya menjadi 28 April 2022,” tulis surat yang bertanda tangan direksi Bank Jago, Senin (21/3). 

Bank Jago menyampaikan pemegang saham yang berhak hadir atau diwakili dan memberikan suara dalam RUPST adalah yang namanya tercatat dalam daftar pemegang saham perseroan dan/ atau pemegang saham dalam rekening efek yang tercatat di PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) pada tanggal 5 April 2022 pukul 15.00 WIB.

Sekadar informasi, pada 2021, penyaluran kredit Bank Jago tumbuh sebesar 491 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) dari Rp908 miliar pada posisi Desember 2020 menjadi Rp5,37 triliun per Desember 2021. 

Pertumbuhan kredit yang tinggi mendorong pendapatan bunga meningkat 624 persen yoy menjadi Rp652 miliar. Tak hanya itu, Bank Jago juga tetap menjaga rasio kredit bermasalah (non-performing loan/NPL) yang rendah di level 0,6 persen. 

Sementara itu, beban bunga terkerek 147 persen yoy menjadi Rp63 miliar. Dengan demikian, pendapatan bunga bersih tercatat Rp590 miliar atau tumbuh 812 persen yoy. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Leo Dwi Jatmiko
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper