Bisnis.com, JAKARTA - Pertumbuhan penyaluran kredit yang terjadi pada Februari 2022 dinilai menjadi salah satu indikator kondisi ekonomi sudah mulai pulih. Meski demikian, pertumbuhan tersebut dinilai masih dapat ditingkatkan lagi.
“Pertumbuhan kredit sekitar 6 persen menunjukkan pemulihan ekonomi sudah terjadi. Tetapi pertumbuhan kreditnya masih sangat rendah. Belum normal. Pemulihan ekonomi masih harus didorong,” kata Direktur Riset Center of Reform on Economics (Core) Piter Abdullah, Minggu (27/3).
Dia mengatakan perekonomian baru bisa disebut pulih kalau pertumbuhan kredit sudah diatas 10 persen.
Sebelumnya, Bank Indonesia mencatat kredit bank tumbuh 6,33 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) per Februari 2022. Pada bulan sebelumnya, pertumbuhan kredit bank sebesar 5,5 persen yoy.
Adapun, akselerasi pertumbuhan penyaluran pembiayaan ditopang oleh rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio/CAR) perbankan Januari 2022 yang tetap tinggi sebesar 25,78 persen, dan rasio kredit bermasalah (non-performing loan/NPL) tetap terjaga yakni 3,10 persen secara bruto dan 0,88 persen secara netto.
Baca Juga
Sementara itu, Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira mengatakan kenaikan kredit didorong munculnya permintaan untuk kredit rumah tangga, modal kerja dan investasi. Dari sisi segmen industri, pertambangan, perkebunan dan manufaktur mengalami peningkatan sejak 2021.
“Karena harga komoditas mengalami kenaikan sehingga mereka butuh alat berat, butuh modal kerja, biaya operasional, sehingga perbankan juga dengan senang hati mendorong pembiayaan ke sektor prospek ini,” kata Bhima.
Dia mengatakan meski terjadi peningkatan permintaan beberapa segmen belum memperlihatkan kondisi pulih seperti normal, misalnya segmen kredit kendaraan bermotor dan kredit konsumsi multiguna.