Bisnis.com, JAKARTA — Sektor pertanian berkontribusi positif terhadap pertumbuhan ekonomi nasional meski di saat pandemi Covid-19. Selain itu, sektor pertanian juga diharapkan menjadi tulang punggung di dalam kehidupan masyarakat, baik dari sisi ekonomi maupun untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
“Dari zaman dulu kalau kita bicara masalah pertanian sangat mempunyai sejarah yang panjang terhadap kehidupan dan perekonomian Indonesia,” kata VP Divisi Bisnis Usaha Kecil dan Program BNI (BBNI), I Nyoman Astiawan dalam acara Pekan Milenial Naik Kelas yang diselenggarakan Bisnis Indonesia, Kamis (7/4/2022).
Namun, sektor pertanian Indonesia masih mengalami tantangan-tantangan yang cukup besar, terutama dari sisi regenerasi.
Berdasarkan data jumlah petani menurut kelompok umur (2013 & 2018), menunjukkan petani yang berumur di bawah 35 tahun hanya sebanyak 3,22 juta petani atau 11,63 persen.Sementara itu, data Survei Pertanian Antar Sensus 2018 (Sutas 2018) menunjukkan terdapat 27,68 juta petani di Indonesia.
Nyoman melihat bahwa petani-petani muda yang masuk kategori milenial masih tergolong kecil dan angkanya mengalami penurunan, jika dibandingkan dengan data pada tahun 2018 dan 2013.
Maka dari itu, Nyoman mengungkapkan dibutuhkan stimulus untuk meningkatkan minat generasi milenial guna menjadi petani muda.
“Kami juga di perbankan membuat sektor pertanian ini menjadi lebih menarik, lebih menguntungkan dan lebih menjanjikan sehingga nanti menarik minat petani petani muda untuk terjun di bidang pertanian. Ini yang akan kita terus dorong,” ujarnya.
Lebih lanjut, Nyoman menilai bahwa sampai saat ini, mindset maupun paradigma masyarakat dan generasi milenial terhadap pertanian juga masih mengarah pada konvensional.
“Sektor pertanian dinilai tidak menguntungkan atau hasil yang didapatkan kecil. Lalu, budidaya pertanian tradisional yang terkesan kotor, kumuh, dan melelahkan,” tuturnya.
Sektor pertanian juga dinilai merupakan usaha yang hanya digeluti oleh komunitas yang terpinggirkan, juga minimnya akses modal dan pasar yang dinilai belum terbuka untuk sektor pertanian, serta pertanian merupakan kelembagaan yang belum efektif dan cenderung tidak berkembang.
Adapun solusi yang ditawarkan BBNI untuk mengubah mindset masyarakat dan milenial terhadap sektor pertanian. Pertama, melalui inisiatif pendidikan dan pelatihan untuk mengubah mindset dan role model anak muda di sektor pertanian.
Kedua, penerapan teknologi pertanian dan internet mulai dari proses hulu sampai proses hilir. Ketiga, memperluas dan mempermudah akses pembiayaan dan akses pasar sektor pertanian.
“Kita juga dari BNI juga banyak program-program bagaimana nanti petani-petani ini mempunyai akses pasar yang sangat lebih luas, terutama nanti masuk ke pasar online marketkemudian juga ke pasar ekspor,” imbuhnya.
Menurut Nyoman, terdapat peranan kunci utama dari petani milenial, antara lain sebagai bentuk regenerasi dari profil petani indonesia dalam berkelanjutan sektor pertanian.
Kedua, milenial memiliki ide dan kreativitas yang tinggi (out of the box) yang dapat memberikan dampak positif pada sektor pertanian.
Ketiga, petani milenial memiliki literasi digital atau teknologi yang baik dan mumpuni. Dengan literasi yang dimiliki, maka penerapan teknologi pertanian dapat berjalan maksimal.
Keempat, milenial dapat menjadi anker dari kelompok atau komunitas, sehingga tercipta transfer knowledge yang baik dan kelembagaan yang kuat di sektor pertanian. Kelima dan tak kalah penting, milenial dapat memberikan nilai tambah terhadap produk pertanian yang dapat membuka lapangan pekerjaan yang baru.