Bisnis.com, JAKARTA - Perusahaan pembiayaan khusus mobil bekas dan kendaraan niaga PT Bintang Mandiri Finance (BMF) masih bertahan dari kondisi menantang dampak pandemi Covid-19.
Berdasarkan laporan keuangan BMF yang diterbitkan di Harian Bisnis Indonesia, aset leasing yang akrab dengan pikap dan truk ini masih dalam tren koreksi. Tepatnya, dari Rp214,56 miliar pada 2020 menjadi Rp168,86 miliar pada 2021.
Piutang pembiayaan konsumen bersih menjadi komponen paling berpengaruh terhadap aset, karena nilainya turun dari Rp165,97 miliar pada 2020 ke Rp100,44 miliar pada 2021.
Namun, sepanjang tahun lalu, BMF tampak tengah meningkatkan kas dan setara kas dari Rp24,85 miliar ke Rp45,89 miliar, tanda telah mempersiapkan strategi tertentu untuk menghadapi tahun ini.
Sementara itu, apabila melihat pos liabilitas, tak heran apabila BMF masih dalam masa bertahan dan kurang bisa berekspansi. Sebab, pinjaman yang diterima nilainya nol alias nihil, dari sebelumnya Rp46,97 di periode 2020.
Hal ini sesuai dengan fenomena industri selama periode 2021, di mana perbankan masih selektif dan menganggap bisnis multifinance terlalu berisiko untuk diberikan pendanaan. Terlebih, multifinance kecil dan independen, alias bukan anak usaha korporasi atau bank itu sendiri.
Adapun, dari sisi kinerja laba-rugi, total pendapatan operasional BMF masih belum pulih. Turun dari Rp53,76 miliar menjadi Rp34,83 miliar, padahal beban juga berada di kisaran yang sama, sehingga laba operasional hanya di kisaran Rp411 juta.
Beruntung, BMF masih terselamatkan pendapatan non operasional, sehingga laba sebelum pajak masih bisa berada di Rp1,33 triliun dan laba bersih (NPAT) masih bisa tercapai Rp1,24 miliar, kendati masih turun dari periode tahun lalu yang dibukukan senilai Rp3,2 miliar.