Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bank Diprediksi Selektif Salurkan Kredit, Intip Sektor Andalan dan yang Dihindari

Pengamat juga menyarankan agar bank menambah pencadangan untuk antisipasi melonjaknya kredit bermasalah khususnya di sektor konstruksi dan industri pengolahan. 
Ilustrasi Bank/Istimewa
Ilustrasi Bank/Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA — Bank diprediksi makin selektif dalam menyalurkan kredit seiring dengan melandainya target pertumbuhan ekonomi Indonesia. 

Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira mengatakan bank akan menyesuaikan target pertumbuhan kredit dengan tujuan agar mitigasi risiko bisa dikelola dengan baik. 

Salah satu indikasinya adalah pertumbuhan kredit modal kerja hingga Februari 2022 turun tipis dari 7,2 persen menjadi 7,1 persen year on year/yoy. Secara spesifik pertumbuhan kredit di sektor konstruksi per Februari 2022 mulai menurun yakni -2,1 persen yoy. Kemudian sektor logistik dan komunikasi tumbuh melandai 5,9 persen dari bulan sebelumnya 9,5 persen. 

“Jadi bank jauh lebih selektif, kalaupun ekspansi terbatas ke sektor yang berkaitan dengan pertambangan, penggalian, dan pertanian-perkebunan,” kata Bhima, Kamis (21/4/2022). 

Dia menambahkan ekspansi ke sejumlah sektor tersebut juga disebabkan commodity booming saja. 

Bhima menyarankan agar bank menambah pencadangan untuk antisipasi melonjaknya kredit bermasalah khususnya di sektor konstruksi dan industri pengolahan. 

Bank perlu mempercepat peningkatan fee based income dari segmen digital dan wealth management untuk kurangi ketidakpastian pendapatan dari bunga. Pemilihan sektor juga perlu dievaluasi ulang. 

Dia memperkirakan pertumbuhan kredit pada tahun ini sekitar 5 persen sampai dengan 6,5 persen yoy.

“Hindari sektor yang sensitif terhadap penurunan tingkat konsumsi rumah tangga misalnya industri makanan minuman, dan pakaian jadi,” kata Bhima. 

Sementara itu, Direktur Riset Center of Reform on Economics (Core) Piter Abdullah mengatakan penyaluran kredit lebih didasarkan kepada kelayakan. Bank perlu lebih berhati-hati terhadap sektor-sektor yang masih rentan khususnya terhadap kenaikan kembali pandemi.

“Misalnya sektor pariwisata termasuk hotel restoran, transportation, pergudangan, masih rentan,” kata Piter. 

Piter menuturkan meskipun target pertumbuhan ekonomi melandai, tetapi  perbankan tidak perlu mengubah rencana bisnis bank (RBB), termasuk mengubah target pertumbuhan kredit. 

Sepanjang masih bisa diasumsikan pandemi mereda. Kenaikan pertumbuhan kredit akan tetap bisa dikejar ketika mobilitas dan aktivitas masyarakat mulai berangsur normal. 

“Namun bank tetap harus berhati-hati dalam penyaluran kredit karena risiko kredit masih tinggi ditengah gejolak global saat ini,” kata Piter.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Leo Dwi Jatmiko
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper