Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Menakar Kinerja Bank Digital Allo (BBHI) Vs. Jago (ARTO)

Pengamat melihat sudah saat bank digital memanen dan mendapatkan hasil dari upaya promo gencar yang dilakukan pada tahun sebelumnya.
Nasabah berada di kantor cabang Bank Jago, Jakarta, Rabu (22/12/2021). Bisnis/Abdurachman
Nasabah berada di kantor cabang Bank Jago, Jakarta, Rabu (22/12/2021). Bisnis/Abdurachman

Bisnis.com, JAKARTA – Beberapa bank digital sudah melaporkan kinerjanya dengan mencetak laba di kuartal I/2022, seperti PT Allo Bank Indonesia Tbk. (BBHI) dan PT Bank Jago Tbk. (ARTO).

Jika dibedah satu demi satu dari dua bank digital, Allo Bank mencetak laba bersih periode berjalan sebesar Rp75 miliar dalam tiga bulan pertama tahun 2022.

Emiten bank milik pengusaha nasional Chairul Tanjung (CT) ini berhasil membukukan laba bersih dengan kenaikan sebesar 746 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) dari periode yang sama tahun 2021, sebesar Rp8,86 miliar. Dari sisi kredit, BBHI juga mengalami pertumbuhan sebesar 376 persen yoy, yakni dari Rp1,01 triliun menjadi Rp4,81 triliun pada periode yang sama.

Di samping itu, Bank Jago juga berhasil membukukan laba bersih tahun berjalan sebesar Rp18,93 miliar pada kuartal I/2022. Posisi ini berbanding berbalik dengan periode yang sama tahun 2021, di mana ARTO membukukan rugi sebesar Rp38,13 miliar.

Bank Jago turut mencatatkan pertumbuhan kredit sebesar 376 persen yoy, dari Rp1,29 triliun menjadi Rp6,14 triliun di posisi Maret 2022.

Senior Faculty Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI), Amin Nurdin melihat sudah saat bank digital memanen dan mendapatkan hasil dari upaya yang bank digital lakukan di tahun-tahun sebelumnya.

Namun demikian, Amin menilai perkembangan bank digital belum akan sekencang bank-bank konvensional di Tanah Air.

“Karena bagaimanapun, model bisnis bank digital perlu lebih spesifik membuat pasar lebih memahami, mengedukasi, melakukan literasi, sosialisasi, dan membuat masyarakat Indonesia bisa melihat bank digital sebagai sesuatu yang biasa,” kata Amin kepada Bisnis, Jumat (29/4/2022) lalu.

Pasalnya, Amin melanjutkan, tidak mudah meyakinkan masyarakat tentang keberadaan bank digital. Namun, Amin meyakini bahwa ke depannya, keberadaan bank digital akan menjadi sesuatu yang bagus, khususnya tentang laba dan kinerja. 

LAJU KREDIT BANK DIGITAL

Amin memproyeksikan laju pertumbuhan kredit bank digital akan terlihat bagus, apabila lini baru perbankan ini bisa membangun ekosistem ekosistem digital serta bekerja sama dengan menggandeng ekosistem bisnis digital yang bagus pula.

“Bank digital mampu membuat ekosistem yang baik karena nasabah akan percaya. Percaya untuk menyimpan, percaya untuk mengajukan pinjaman, dan percaya untuk banyak hal,” ujarnya.

Dengan kepercayaan nasabah terhadap bank digital, maka itu akan meningkatkan kinerja pertumbuhan kredit bank digital ke depan.

Adapun, kata Amin, masyarakat akan melihat sisi kemudahan dari bank digital, terutama dari generasi milenial. Hal ini juga sejalan dengan bonus demografi Indonesia yanng memiliki rentang usia kerja yang berada di bawah 40 tahun.

“Generasi milenial menjadi potensi besar untuk bank bank digital ini. Artinya, akan cukup bagus ke depan pertumbuhan kredit,” imbuhnya.

 

TANTANGAN BANK DIGITAL

Sama seperti perbankan lainnya, Amin mengungkapkan bank digital juga memiliki sejumlah tantangan yang berkaitan dengan ekosistem. Pertama, terjalinnya kerja sama yang baik. Kedua, infrastruktur yang mengadopsi seluruh ekosistem digital di Indonesia.

Ketiga, sumber daya manusia. Menurut Amin, hanya sebagian besar SDM perbankan melek digital. Dengan kata lain, Amin menjelaskan bank digital harus melakukan upaya restrukturisasi dan efisiensi terhadap SDM bank digital.

Keempatpengembangan bisnis bank digital. Amin memandang saat ini bank digital harus berhadapan dengan dengan bank konvensional juga bank syariah. Pasalnya, kata Amin, mereka sudah menguasai market dengan begitu besar dan akan melakukan strategi bisnis ke depan yang lebih berkembang.

“Itu akan menjadi salah satu tantangan tersendiri untuk bank digital,” sambungnya.

Kelimafintech maupun peer-to-peer lending maupun crowdfunding yang cukup memberikan tantangan tersendiri untuk bank bank digital.

“Saya melihatnya tantangan terbesar untuk tahun ini masih di internal, bagaimana mereka memperbaiki kondisi internal, kinerja, juga sebagai manusia dan infrastruktur, sehingga bank digital lebih berkembang di tahun-tahun mendatang,” tutupnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Rika Anggraeni
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper