Bisnis.com, JAKARTA - PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. mencatat portofolio hijau (bank only) per Maret 2022 mencapai Rp170,5 triliun, tumbuh 21,8 persen secara tahunan (year on year/yoy). Perusahaan berkode saham BBNI tersebut berambisi untuk terus meningkatkan pembiayaan hijau.
Corporate Secretary BNI Mucharom mengatakan perseroan berupaya memperkuat bisnisnya ke arah compliance terhadap upaya-upaya bersama dalam melindungi lingkungan hidup.
Pertimbangan compliance terhadap ketentuan regulator, upaya perlindungan lingkungan hidup, hingga pada ketentuan internal tanpa meninggalkan pertimbangan bisnis membuat BNI bertahan sekaligus terus melakukan ekspansi berkualitas hingga saat ini.
"Sebagai pelopor dari green banking, kami terus mencari peluang ekspansi segmen hijau sambil proaktif mengajak nasabah dan investor untuk lebih tertarik pada pengembangan segmen ekonomi berkelanjutan ini," ujar Mucharom dalam siaran pers, Jumat (13/5).
Mucharom mengatakan selama 3 bulan pertama 2022, BNI cukup agresif mengucurkan pembiayaan hijau ke berbagai segmen. Hal tersebut terlihat dari portofolio hijau (bank only) per Maret 2022 mencapai Rp170,5 triliun, tumbuh 21,8 persen yoy.
Mucharom menuturkan nilai portofolio hijau tersebut setara dengan 28,9 persen dari total portofolio kredit perseroan. Dari jumlah tersebut mayoritas adalah kredit usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).
Baca Juga
“Portofolio hijau kami cukup ekspansif, awal tahun ini pertumbuhannya 21,8 persen. Penopangnya yaitu terbanyak dari kredit di UMKM dan ini dikarenakan program pendampingan yang dilakukan BNI memberikan dampak positif ke ekosistem masyarakat,” katanya.
Dia merinci, pembiayaan untuk UMKM dan pemberdayaan sosial ekonomi memiliki porsi terbesar yakni mencapai Rp 115,2 triliun.
Kemudian, pengelolaan sumber daya alam hayati dan tata guna lahan yang berkelanjutan sebesar Rp 14,9 triliun, pembiayaan ke sektor energi baru terbarukan (EBT) senilai Rp 10,3 triliun. Berikutnya, pembiayaan untuk pencegahan polusi senilai Rp 6,8 triliun, dan pembiayaan hijau lainnya Rp 23,3 triliun.
“BNI juga aktif menjalin kerja sama dengan debitur energi baru terbarukan (EBT) dan pencegahan polusi. Eksposur pembiayaan EBT ini Rp10,3 triliun dan Rp6,3 triliun untuk pencegahan polusi. Pembiayaan untuk pengolahan air bersih dan pengelolaan limbah mencapai Rp 23,3 triliun,” jelasnya.
Di sisi lain, BNI juga masih memiliki portofolio kredit kepada kelapa sawit dan juga batu bara. Perseroan memiliki persyaratan khusus kepada debitur untuk dapat diberikan kredit.
Adapun, total penyaluran kredit kepada minyak kelapa sawit hanya 10 persen dari total kredit BNI secara bank only. Sedangkan untuk penyaluran kredit kepada sektor batu bara hanya 2 persen terhadap total kredit BNI.
Selain agresif menyalurkan pembiayaan hijau, BNI juga menerapkan prinsip tata kelola lingkungan, sosial, dan perusahaan (environmental social governance/ESG) dalam operasional perusahaan yang diwujudkan dalam budaya perusahaan hijau.
BNI memperoleh Green Building Certification dari The Green Building Council Indonesia (GBCI) dengan Gold Certification untuk Menara BNI and Platinum Certification untuk Plaza BNI.
“Kinerja pembiayaan hijau yang positif serta didukung kepedulian sosial dan lingkungan yang tinggi, serta praktik tata kelola perusahaan yang unggul, mendorong peningkatan rating ESG BNI dari MSCI menjadi A sejak November 2021,” ungkapnya.