Bisnis.com, JAKARTA – PT Allo Bank Indonesia Tbk. (BBHI), emiten bank milik salah satu orang terkaya Indonesia Chairul Tanjung (CT), mengumumkan menunda penyelenggaran paparan publik atau public expose yang semula akan berlangsung pada Kamis (19/5/2022).
Dalam surat kepada otoritas bursa, Direktur Allo Bank Ari Yanuanto Asah mengatakan perseroan memutuskan untuk menunda pelaksanaan paparan publik atau public expose.
“Adapun, penundaan ini lebih dikarenakan saat ini perseroan hendak memfokuskan pada kegiatan peluncuran produk digital dan aplikasi Allo Apps melalui event Allo Bank Festival yang akan dilaksanakan pada 20 – 22 Mei 2022,” ujarnya, Jumat (13/5).
Kendati demikian, Ari menambahkan bahwa emiten bank dengan kode saham BBHI tersebut akan tetap menyelenggarakan paparan publik sesuai peraturan Bursa Efek Indonesia. Namun, hingga saat ini, perseroan belum menetapkan jadwal baru dari penundaan tersebut.
Allo Bank pada kuartal I/2022 tercatat membukukan laba bersih periode berjalan sebesar Rp75 miliar. Kinerja laba tersebut melesat 746 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) dari periode yang sama tahun 2021 sebesar Rp8,86 miliar.
Pertumbuhan laba ditopang oleh kenaikan pendapatan bunga yang menjadi Rp103,3 miliar. Dengan demikian, pendapatan bunga Allo Bank tumbuh 88 persen yoy dari Rp979,7 miliar pada posisi Maret 2021.
Baca Juga
Selain itu, beban bunga menyusut 30 persen yoy, dari Rp32,14 miliar menjadi Rp22,46 miliar. Alhasil, pendapatan bunga bersih Allo Bank melesat 252 persen yoy menjadi Rp80,83 miliar, dari semula Rp22,93 miliar.
Sepanjang tahun berjalan (year-to-date/ytd) penyaluran kredit Allo Bank tumbuh 119 persen. Kredit yang diberikan naik dari Rp2,2 triliun per 31 Desember 2021 menjadi Rp4,81 triliun pada posisi 31 Maret 2022.
Sementara itu, total aset yang dimiliki Allo Bank juga naik 103 persen ytd, dari Rp4,6 triliun pada posisi 31 Desember 2021 menjadi Rp9,4 triliun per 31 Maret 2022. Dari sisi penghimpunan dana pihak ketiga (DPK), Allo Bank juga mengalami kenaikan sebesar 31 persen ytd.
DPK tersebut naik dari Rp2,12 triliun di posisi Desember 2021 menjadi Rp2,7 triliun per Maret 2022. Kenaikan DPK tersebut berasal dari dana murah (Current Account Saving Account/CASA) yang tumbuh sebesar 21 persen ytd, menjadi Rp325,7 pada Maret 2022.