Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Joe Biden Optimistis Perekonomian AS Bakal Membaik, Ini Indikatornya

Presiden AS Joe Biden optimistis perekonomian negara membaik seiring dengan pertumbuhan pasar tenaga kerja.
Presiden AS, Joe Biden
Presiden AS, Joe Biden

Bisnis.com, JAKARTA – Joe Biden, presiden Amerika Serikat mengaku optimistis perekonomian negeri Paman Sam akan membaik. Hal ini disebabkan hasil laporan tenaga kerja yang baru saja dirilis.

Melansir Bloomberg, Sabtu (4/6/2022) Joe Biden mengatakan kenaikan harga makanan dan bahan bakar menjadi masalah bagi masyarakat AS.

“Tetapi ada banyak alasan bagi rakyat Amerika untuk merasa yakin bahwa kami akan menghadapi tantangan ini,” ujar Biden dikutip dari Bloomberg.

Laporan tenaga kerja Mei 2022 yang dirilis oleh Departemen Tenaga Kerja pada Jumat merevisi peningkatan nonfarm payrolls menjadi 390.000, dari sebelumnya 436.000 pada April 2022.

Sementara itu, tingkat pengangguran sekitar 3,6 persen, sedangkan tingkat partisipasi kerja merangkak naik.

Survei Bloomberg terhadap para ekonom setempat menunjukkan, pertumbuhan pekerjaan di AS pada Mei 2022 melebih estimasi median sebesar 318.000.

Artinya, pasar tenaga kerja sedang bertransisi menuju pertumbuhan yang lebih moderat.

Biden mengklaim kebijakan ekonomi yang diambilnya telah membantu AS keluar dari penurunan akibat pandemi Covid-19.

“Amerika telah mencapai pemulihan paling kuat dalam sejarah modern,” imbuhnya.

Sebagai informasi, kenaikan harga bahan bakar yang cukup tinggi dan hambatan rantai pasokan yang menyulitkan masyarakat AS mendapatkan susu formula bayi pada akhirnya membuat kinerja Biden dianggap buruk.

Perekonomian diyakini membaik karena Federal Reserve menaikkan suku bunga untuk menjinakkan tingkat inflasi.

Dalam risetnya, Ekonom Senior di BMO Capital Market, Sal Guatieri menjelaskan, laporan tenaga kerja bisa menyiratkan tingkat pengangguran yang lebih stabil namun perekonomian masih dianggap belum dapat menurunkan inflasi.

The Fed mengadopsi kebijakan moneter yang lebih agresif dalam upaya untuk mengekang inflasi yang tinggi selama beberapa dekade, salah satunya dengan memberi sinyal suku bunga naik setengah poin pada Juni dan Juli mendatang.

Dilemanya, kebijakan tersebut memang akan mengurangi tekanan harga, tetapi juga berisiko melemahkan permintaan tenaga kerja.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper