Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekor! Surat Utang Terbitan Leasing Tembus Capaian Sebelum Pandemi

Nilai penerbitan surat utang nasional Januari-Mei 2022 dari sektor multifinance mencapai Rp14,8 triliun. Jumlah ini telah melampaui nominal penerbitan periode yang pada 2019 lalu alias sebelum pandemi Covid-19.
Pekerja beraktifitas di dekat logo FIF Group, Jakarta, Sabtu (29/2/2020). Bisnis/Himawan L Nugraha
Pekerja beraktifitas di dekat logo FIF Group, Jakarta, Sabtu (29/2/2020). Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA - Penerbitan surat utang sektor pembiayaan alias multifinance (leasing) tercatat telah melampaui periode sebelum pandemi alias 2019 lalu.

Berdasarkan catatan PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo), berdasarkan penerbitan surat utang nasional Januari-Mei 2022, sektor multifinance telah berkontribusi Rp14,8 triliun.

Nilai ini tercatat telah melampaui periode yang sama tahun 2019 alias sebelum pandemi Covid-19 senilai Rp14,1 triliun. Adapun, periode yang sama selama dua tahun belakangan, nominal surat utang terbitan multifinance terpuruk, masing-masing senilai Rp4,03 triliun dan Rp6,58 triliun.

Analis Pefindo Kreshna D. Armand menjelaskan bahwa secara umum pulihnya permintaan pembiayaan terkait kendaraan bermotor, mobil angkut, alat berat, serta mesin-mesin pabrik, merupakan pendorong utama tumbuhnya penerbitan obligasi maupun sukuk dari sektor multifinance.

"Dua tahun belakangan penerbitan obligasi dari multifinance minim karena permintaan pembiayaan juga sepi karena pandemi. Sekarang terlihat sudah mulai bergairah. Tapi ini juga didorong strategi para multifinance memanfaatkan momentum bunga murah," ujarnya kepada Bisnis, Senin (13/6/2022).

Kreshna menjelaskan bahwa fenomena inflasi global, terutama Amerika Serikat (AS), merupakan pemantiknya. Sebab, besarnya tekanan agar suku bunga di negara-negara tersebut naik, lambat laun akan turut berpengaruh terhadap kondisi makro ekonomi Tanah Air.

"Memang kita belum ada kenaikan suku bunga karena inflasi masih terkendali, kita juga masih mengejar pertumbuhan di masa pemulihan ekonomi. Tapi para pelaku usaha pasti sudah ambil kuda-kuda. Terutama kalau rupiah semakin terdepresiasi, lama-lama kita juga kena tekanan kenaikan suku bunga di semester II/2022 ini," jelasnya.

Terlebih, Kreshna melihat para multifinance penerbit obligasi notabene merupakan pemain kakap dengan rating tinggi. Artinya, bunga atau imbal hasil dari surat utang besutannya signifikan menekan biaya dana (cost of fund), dibandingkan hanya mengandalkan sumber pendanaan dari pinjaman bank dalam negeri, maupun luar negeri.

Sebagai contoh, beberapa leasing yang berstatus penerbit obligasi jumbo di tahun ini, antara lain Adira Finance, Astra Sedaya Finance, Federal International Finance (FIFGROUP), Indomobil Finance, dan Mandiri Tunas Finance.

"Mereka bisa mendapatkan pendanaan dengan suku bunga yang begitu kompetitif. Apalagi market juga pasti antusias, karena sektor multifinance telah sejak lama menjadi kontributor terbesar penerbit surat utang nasional. Prospek permintaan pembiayaan juga sedang tinggi. Momentum tepat ini juga bisa dimanfaatkan untuk menggantikan surat utang lama yang telah jatuh tempo," tutupnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Aziz Rahardyan

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper