Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Permintaan Pembiayaan Meningkat, Intip Strategi Leasing Kelola Biaya Dana

Perusahaan pembiayaan alias leasing menyusun ulang strategi untuk mencari biaya dana (cost of fund) semurah mungkin di tengah pulihnya permintaan pembiayaan namun dibayangi kenaikan suku bunga.
Pengunjung melintasi deretan mobil bekas yang dipamerkan di Jakarta, Minggu (24/4/2022). Seiring meningkatnya permintaan pembiayaan kepada leasing, sejumlah perusahaan bersiap menerbitkan obligasi./ Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Pengunjung melintasi deretan mobil bekas yang dipamerkan di Jakarta, Minggu (24/4/2022). Seiring meningkatnya permintaan pembiayaan kepada leasing, sejumlah perusahaan bersiap menerbitkan obligasi./ Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA - Sebagian perusahaan pembiayaan (leasing) bersiap merealisasikan penerbitan surat utang alias obligasi untuk bekal menghadapi semester II/2022 yang diselimuti optimisme peningkatan permintaan namun juga dibayangi ancaman kenaikan suku bunga yang didorong inflasi.

Ketua Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI) Suwandi Wiratno mengungkap bahwa eksplorasi para pemain untuk mencari biaya dana (cost of fund) semurah mungkin, termasuk lewat pasar modal. Pilihan perburuan dana murah termasuk obligasi merupakan keniscayaan di era pulihnya permintaan pembiayaan.

"Kalau ekonomi dalam negeri bagus, pembelian barang dan kredit meningkat, tahun ini [kinerja multifinance] akan aman-aman saja dan pasti lebih baik dari tahun lalu. Jadi harus siapkan sumber pendanaan untuk mengambil momentum pemulihan," ujarnya kepada Bisnis, Senin (13/6/2022).

Suwandi menjelaskan dalam statistik OJK per April 2022, tergambar tren peningkatan nominal pendanaan yang bersumber dari perbankan dalam negeri, serta pendanaan dari surat berharga yang diterbitkan.

Adapun, komponen pendanaan dari luar negeri cenderung turun karena para pemain cenderung menghindari pilihan ini sebagai bentuk kehati-hatian. Dia mengatakan perusahaan leasing terutama mewaspadai utang dalam mata uang dolar AS yang berpotensi mengalami gejolak akibat inflasi dan kebijakan suku bunga bank sentral the Fed.

Terkhusus emisi obligasi, beberapa pemain leasing telah merealisasikannya pada semester I/2022. Sebagian lainnya sedang mempersiapkan realisasinya jelang semester II/2022.

Salah satunya, PT Mandala Multifinance Tbk (MFIN), di mana surat utang selalu mengambil porsi 60 persen dari total sumber pendanaan setiap tahun, sisanya pinjaman bank.

Tahun ini, total kebutuhan dana MFIN berada di kisaran Rp3 triliun untuk bekal merealisasikan target pembiayaan baru menembus Rp6,8 triliun sepanjang tahun, atau tumbuh sekitar 35 persen (yoy) dari tahun lalu.

"Kami sedang proses untuk penawaran obligasi dan sukuk di kisaran Juli 2022," ujar Direktur Bisnis MFIN Christel Lasmana kepada Bisnis.

Emiten leasing dengan produk andalan di segmen pembiayaan sepeda motor baru dan bekas ini merealisasikan penerbitan sukuk perdananya pada Juli 2021 lewat Sukuk Mudharabah I MFIN Tahap I 2021 senilai Rp350 miliar dari total limit Rp1,5 triliun.

Adapun, penawaran umum berkelanjutan (PUB) obligasi teranyar, yaitu lewat Obligasi IV MFIN Tahap IV 2021 pada Desember 2021 senilai Rp650 miliar. Obligasi IV MFIN saat ini telah dihentikan, di mana secara total telah menghimpun dana Rp1,41 triliun sejak tahap I pada Juli 2020.

Oleh sebab itu, Christel mengungkap bahwa penerbitan obligasi terbaru MFIN akan digelar lewat PUB baru. Kebutuhan penghimpunan dana tahap awal berkisar Rp500 miliar.

Sedikit berbeda, emiten pembiayaan PT BFI Finance Indonesia Tbk (BFIN) juga akan berminat menghimpun dana lewat pasar modal pada paruh akhir periode 2022, namun tidak terlalu terburu-buru.

"Walaupun belum dalam waktu dekat, kami akan terbitkan obligasi lagi di semester II/2022, karena saat ini masih banyak fasilitas pendanaan yang bisa kami gunakan," ungkap Direktur Keuangan BFI Finance Sudjono.

Penerbitan surat utang terbaru dari leasing pemain sektor pembiayaan multiguna mobil bekas dan alat berat ini, yaitu Obligasi V BFIN dengan limit Rp6 triliun, terealisasi di Tahap I pada Mei 2021 senilai Rp600 miliar dan Tahap II pada Agustus 2021 senilai Rp1 triliun.

Sudjono menjelaskan bahwa surat utang akan menjadi bekal pendanaan pada semester II/2022, seiring rencana perseroan membidik pertumbuhan di kisaran 10-15 persen dan mengambil momentum tingginya permintaan pembiayaan.

Sebagai gambaran, BFI Finance tahun lalu menyalurkan total pembiayaan Rp13,67 triliun sepanjang tahun lalu, tercatat naik 79,8 persen (year-on-year/yoy) dibandingkan capaian sepanjang 2020 senilai Rp7,6 triliun. Adapun, pada kuartal I/2022, realisasi pembiayaan telah menyentuh Rp4,8 triliun.

Bergeser ke perusahaan pembiayaan yang tercatat telah merealisasikan penawaran awal buat obligasi terbarunya, antara lain PT Bussan Auto Finance (BAF) dan PT KB Finansia Multi Finance alias KreditPlus.

BAF lewat Obligasi Berkelanjutan II Bussan Auto Finance Tahap I 2022 membidik Rp100 miliar dari total limit Rp3 triliun. BAF baru saja menghentikan PUB Obligasi Berkelanjutan I pada Maret 2022, sebab dari limit total Rp3,5 triliun, telah terealisasi senilai Rp3,37 triliun sampai Tahap V pada Desember 2021.

"Jumlah target dana yang kurang dihimpun adalah sebesar Rp125 miliar. Tidak tercapainya target dana yang akan dihimpun tersebut disebabkan oleh kondisi pasar modal Indonesia yang kurang kondusif bagi perseroan akibat pandemi Covid-19," ungkap Direktur BAF Sigit Sembodo dalam keterangannya.

Sementara itu, KreditPlus lewat PUB Obligasi I KB Finansia Multi Finance Tahun 2022 merupakan emisi obligasi untuk perdananya, dengan target penghimpunan dana Rp1 triliun.

Entitas multifinance yang merupakan bagian dari KB Financial Group asal Korea Selatan ini akan menerbitkan obligasi perdananya dalam dua seri. Sejalan dengan masa penawaran awal obligasi yang dimulai 14 Juni 2022 sampai 29 Juni 2022, nominal dan imbal hasil belum ditentukan.

Adapun, beberapa entitas leasing lain yang telah mengutarakan minat dan tengah memproses penerbitan surat utang, yaitu PT CIMB Niaga Auto Finance (CIMB Niaga Finance/CNAF) yang akan menerbitkan sukuk besutannya untuk pertama kalinya.

Presiden Direktur CIMB Niaga Finance Ristiawan Suherman mengungkap bahwa rencana penerbitan ini seiring dengan fenomena debitur segmen syariah di dalam portofolio perseroan yang tumbuh pesat sejak tahun lalu.

Sebagai gambaran, segmen syariah mengambil porsi 60 persen dari pembiayaan baru CNAF sepanjang 2021 senilai Rp5,67 triliun. Tren ini berlanjut, di mana dari realisasi pembiayaan sepanjang kuartal I/2022 senilai Rp2,35 triliun, segmen syariah mengambil porsi sampai 80 persen.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Aziz Rahardyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper