Bisnis.com, JAKARTA — PT Bank CIMB Niaga Tbk. atau BNGA menyampaikan dana tabungan masyarakat yang berhasil dihimpun pada Mei 2022 tumbuh dua digit dibandingkan dengan bulan sebelumnya, ditengah perkiraan melandainya dana pihak ketiga (DPK) akibat inflasi.
Presiden Direktur CIMB Niaga Lani Darmawan mengatakan pertumbuhan tabungan masyarakat didorong oleh kapabilitas digital perusahaan yang terus meningkat dan dikembangkan secara berkala.
Kapabilitas digital tersebut membuat nasabah nasabah nyaman menggunakan layanan CIMB Niaga sepanjang 5 bulan pertama 2022. "Sejauh ini tabungan kami tetap tumbuh konsisten double digit [MTM]" kata Lani kepada Bisnis, Senin (13/6/2022).
Berdasarkan data internal, kata Lani, sejauh ini perusahaan belum melihat dampak inflasi terhadap menurunnya alokasi dana masyarakat untuk tabungan.
Sebelumnya, Survei Bank Indonesia menyebutkan bahwa masyarakat berpenghasilan 5 juta keatas mengurangi alokasi dana mereka untuk tabungan pada Mei 2022.
Laporan BI menyebutkan proporsi pengeluaran responden untuk tabungan terkoreksi 1,2 persen secara bulanan (month-to-month/mtm) pada Mei 2022, menjadi 18,1 persen. Sementara itu pengeluaran untuk konsumsi meningkatkan 7 basis poin (bps) menjadi 68,8 persen, yang merupakan angka tertinggi pada 5 bulan pertama 2022.
Baca Juga
Inflasi yang terjadi di Tanah Air disinyalir menjadi penyebab meningkatnya konsumsi pada masyarakat menengah atas. Jika inflasi terus terjadi, dana pihak ketiga (DPK) perbankan diprediksi akan terimbas.
Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Abdul Manap Pulungan mengatakan kenaikan porsi pengeluaran konsumsi masyarakat berpenghasilan Rp5 juta keatas pada Mei 2022 disebabkan oleh inflasi.
Mereka dipaksa untuk membayar lebih mahal untuk barang yang sama, sehingga alokasi dana yang ditabung menjadi berkurang.
“Artinya inflasi sangat berat bagi golongan-golongan tersebut,” kata Abdul, Minggu (12/5/2022).
Tidak hanya alokasi dana untuk disimpan yang berkurang, kata Abdul, akibat harga-harga menjadi mahal, masyarakat kelas menengah atas akan mengambil uang yang mereka simpan di bank.
Dengan kondisi tersebut, Abdul memperkirakan dana pihak ketiga (DPK) perbankan ke depan berpotensi tergerus. Secara bulanan, akan terjadi penurunan DPK untuk tabungan. Sementara itu DPK deposito dan giro cenderung stagnan atau tumbuh tipis.
“Karena tabungan adalah dana yang benar-benar ditaruh untuk simpanan, sedangkan giro itu kan hanya untuk penempatan perusahaan dan deposito ada pinalti,” kata Abdul.
Dia mengatakan kedalaman penurunan DPK tabungan, tergantung dari kondisi inflasi di Tanah Air. Jika inflasi dan komponen-komponen yang didalamnya - seperti inflasi bahan pangan dan barang yang diatur pemerintah, terus naik, maka DPK akan turun.
Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan inflasi komponen bahan makanan pada Mei 2022 tercatat sebesar 0,92 persen mtm.
Adapun jika dibandingkan dengan periode yang sama 2021, bahan pangan pada periode tahun ini mengalami inflasi hingga 5,93 persen secara tahunan (year-on-year/yoy).
Sementara itu komponen energi mencatat inflasi sebesar 4,18 persen yoy. “Jadi bagi kalangan menengah atas ini, inflasi yang paling nyata adalah inflasi bahan pangan dan harga-harga yang diatur pemerintah seperti BBM,” kata Abdul.