Bisnis.com, JAKARTA – Chairman Lembaga Riset Keamanan Siber CISSReC Pratama Persadha mengingatkan Bank Indonesia (BI) akan bahayanya kode QR Code palsu yang sewaktu-waktu mengintai para pengguna, mengingat transaksi QRIS (Quick Response Code Indonesian Standard) menjadi tren di dunia pembayaran yang serba digital.
Berdasarkan data BI per April 2022, transaksi pembayaran menggunakan QRIS mengalami pertumbuhan dari Rp5,8 triliun per Maret 2022 menjadi Rp7,5 triliun pada April 2022.
Adapun, pada beberapa waktu lalu, Gubernur BI Perry Warjiyo menyatakan pengguna QRIS sebagian besar atau 90 persen dari 17,2 juta merchant didominasi oleh pelaku UMKM.
“Sekarang semua orang berlomba-lomba menggunakan QRIS payment karena mudah untuk membayar, tetapi itu juga sangat mudah sekali dimanfaatkan oleh orang tak bertanggung jawab atau hacker untuk membuat QR code palsu,” kata Pratama, Selasa (14/6/2022).
Pratama mengatakan kode QR palsu yang dibuat oleh pelaku kejahatan siber bisa menimbulkan potensi ancaman bagi pengguna, salah satunya berupa malware. Sementara itu, dia mengungkapkan bahwa upaya untuk menjaga keamanan informasi dari modus para hacker pun masih jarang diperbincangkan.
Selain itu, dia mengatakan kebijakan perbankan mengganti kartu chip dari sebelumnya magnetic stripe juga menjadi persoalan serius. Dia menjelaskan bahwa kartu magnetic stripe menjadi sasaran empuk untuk diperbanyak atau dikloning oleh penjahat siber.
Baca Juga
“Bagaimana cara pengamanannya? Terapkan secara betul. Jadi Bank Indonesia kalau mau serius ketika membuat suatu kebijakan [harus] dicek lagi kebijakan itu benar-benar dilakukan atau tidak. Kalau masih ada magnet-nya [pada kartu] sama saja, tidak peduli terhadap keamanan,” katanya.